Selasa, 25 November 2008

KONSEP PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM

KONSEP PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM

Pola pemikiran yang bermuara pada implementasi dalam bentuk aktifitas ekonomi yang berskala mikro dan makro. Dalam tataran mikro dapat digambarkan pada sebuah fenomena keluarga yang setiap hari produktifitasnya diisi dengan pengadaan barang-barang material dengan mengabaikan sebuah nilai spiritualitas yang seharusnya menjadi landasan utama dalam setiap melakukan kegiatan ekonomi. Wal hasil, secara materi keluarga tersebut tercukupi dengan proses produksi yang dihasilkannya tetapi dalam aspek yang lain, yaitu tataran spiritual akan mengalami kekeringan yang boleh jadi akan membawa dampak negatif bagi perkembangan kehidupan keluarga tersebut. Sedangkan dalam tataran makro dapatlah kita mengambil pelajaran dari negara Jepang. Pada saat ini Jepang sudah menjadi sebuah negara maju yang tingkat produksi nasionalnya meningkat secara tajam dan telah menjadi pesaing bisnis bagi Amerika dan Uni Eropa. Di satu sisi Jepang dapat menikmati hasil produksinya dengan pencapaian yang sudah melebihi batas dan telah dinobatkan sebagai macan Asia, tetapi di sisi lain dalam aspek nilai spiritualitas negara Jepang telah dilanda suatu krisis yang kronis, yaitu hilangnya nilai spiritualitas dalam berkehidupan. Akhir-akhir ini di Jepang banyak kasus yang berkaitan dengan tingkat ke-stres-an yang tinggi dan berujung pada keinginan untuk mengakhiri kehidupan dengan membunuh diri. Pada saat ini kasus tersebut di Jepang menempati peringkat yang tinggi dan telah menjadi problem nasional.[1] Apa arti sebuah produksi atau produtifitas yang akhirnya tidak memberikan rasa kenyamanan dan kedamaian dalam kehidupan?

Memakni Produksi
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir al-intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).[2] Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomi lainnya.
Hal senada juga diutarakan oleh Dr. Abdurrahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi ‘Ilm al-Iqtishad al-Islamiy. Abdurrahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut.[3] Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai ‘halal’ serta tidak membahayakan bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat. Dalam hal ini, Abdurrahman merefleksi pemikirannya dengan mengacu pada QS. Al-Baqarah [2]: 219 yang menjelaskan tentang pertanyaan dari manfaat memakai (memproduksi) khamr.[4]
Lain halnya dengan Taqiyuddin an-Nabhani, dalam mengantarkan pemahaman tentang ‘produksi’, ia lebih suka memakai kata istishna’ untuk mengartikan ‘produksi’ dalam bahasa Arab. An-Nabhani dalam bukunya an-Nidzam al-Iqtishadi fi al-Islam me-mahami produksi itu sebagai sesuatu yang mubah dan jelas berdasarkan as-Sunnah.[5] Sebab, Rasulullah Saw pernah membuat cincin. Diriwayatkan dari Anas yang mengatakan “Nabi Saw telah membuat cincin.” (HR. Imam Bukhari). Dari Ibnu Mas’ud: “Bahwa Nabi Saw. telah membuat cincin yang terbuat dari emas.” (HR. Imam Bukhari). Beliau juga pernah membuat mimbar. Dari Sahal berkata: “Rasulullah Saw telah mengutus kepada seorang wanita, (kata beliau): Perintahkan anakmu si tukang kayu itu untuk membuatkan sandaran tempat dudukku, sehingga aku bisa duduk di atsnya.” (HR. Imam Bukhari). Pada masa Rasulullah, orang-orang biasa memproduksi barang, dan beliau pun mendiamkan aktifitas mereka. Sehingga diamnya beliau menunjukkan adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap aktifitas berproduksi mereka. Status (taqrir) dan perbuatan Rasul itu sama dengan sabda beliau, artinya sama merupakan dalil syara’.[6]
Penulis mempunyai keyakinan bahwa wilayah produksi tidaklah sesempit seperti apa yang dipegangi oleh kalangan ekonom konvensional yang hanya sekedar mengejar orientasi jangka pendek dengan materi sebagai titik acuannya dan memberikan peniadaan pada aspek produksi yang mempunyai orientasi jangka panjang. Selama ini yang kita fahami tetkala membaca teks-teks buku ekonomi konvensional tidak jarang ditemukan adanya telaah terhadap kegiatan sebuah perusahaan untuk melakukan produksi dengan mengacu pada faktor produksi yang dimiliki oleh setiap perusahaan tersebut.[7] Misal, perusahaan A akan mencapai tingkat produksi yang maksimal jika didukung oleh faktor produksi semacam modal (C), tenaga kerja (L), sumber daya alam (R), dan teknologi (T) yang difungsikan pada posisi yang optimal. Dasar pemikiran yang dibangun dalam paradigma berfikir aliran konvensional dalam berproduksi adalah memaksimumkan keuntungan (maximizing of profit) dan meminimumkan biaya (minimizing of cost) yang pada dasarnya tidak melihat realita ekonomi yang prakteknya berdasarkan pada kecukupan akan kebutuhan dan market imperfection yang berasosiasi dengan imperfect information. [8] Hasil dari pencapaian produksi yang dilakukan oleh perusahaan konvensional adalah keinginan untuk mendapatkan profit (keuntungan) yang maksimal dengan cost (biaya) yang sedikit. Apa memungkinkan? Gambaran di atas merupakan realita nyata yang terjadi di tataran aplikatif untuk melaksanakan teori produksi yang diacukan pada pemikiran konvensional.
Adapun aspek produksi yang berorientasi pada jangka panjang adalah sebuah paradigma berfikir yang didasarkan pada ajaran Islam yang melihat bahwa proses produksi dapat menjangkau makna yang lebih luas, tidak hanya pencapaian aspek yang bersifat materi-keduniaan tetapi sampai menembus batas cakrawala yang bersifat ruhani-keakheratan. Orang yang senantiasa menegakkan shalat dan melakukan ibadah lainnya merupakan wujud dari nilai produktifitas yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan ruhaninya. Seseorang yang betul-betul melaksanakan shalat dengan benar berarti ia telah melakukan aktifitas yang produktif yang selanjutnya akan membawa pada nilai lebih dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.

Keshalehan dan Produksi
Ada sebuah permata dalam bukunya Dr. Monzer Kahf yang berjudul The Islamic Economy: Analytical of The Functioning of The Islamic Economic System yang menyebutkan bahwa ‘tingkat keshalehan seseorang mempunyai korelasi positif terhadap tingkat produksi yang dilakukannya’.[9] Jika seseorang semakin meningkat nilai keshalehannya maka nilai produktifitasnya juga semakin meningkat, begitu juga sebaliknya jika keshalehan seseorang itu dalam tahap degradasi maka akan berpengaruh pula pada pencapaian nilai produktifitas yang menurun.
Sebuah contoh, seorang yang senantiasa terjaga untuk selalu menegakkan shalat berarti ia telah dianggap shaleh. Dalam posisi seperti ini, orang tersebut telah merasakan tingkat kepuasan batin yang tinggi dan secara psikologi jiwanya telah mengalami ketenangan dalam menghadapi setiap permasalahan kehidupannya. Hal ini akan berpengaruh secara positif bagi tingkat produksi yang berjangka pendek, karena dengan hati yang tenang dan tidak ada gangguan-gangguan dalam jiwanya ia akan melakukan aktifitas produksinya dengan tenang pula dan akhirnya akan dicapai tingkat produksi yang diharapkannya.
Selama ini, kesan yang terbangun dalam alam pikiran kebanyakan pelaku ekonomi -apalagi mereka yang berlatar belakang konvensional- melihat bahwa keshaleh-an seseorang merupakan hambatan dan perintang untuk melakukan aktifitas produksi. Orang yang shaleh dalam pandangannya terkesan sebagai sosok orang pemalas yang waktunya hanya dihabiskan untuk beribadah dan tidak jarang menghiraukan aktifitas ekonomi yang dijalaninya. Akhirnya, mereka mempunyai pemikiran negatif terhadap nilai keshalehan tersebut. Mengapa harus berbuat shaleh, sedangkan keshalehan tersebut hanya membawa kerugian (loss) bagi aktifitas ekonomi? Sebuah logika berfikir yang salah dan perlu diluruskan. Pelurusan pemikiran tersebut akan membawa hasil jika diacukan pada nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, baik yang termaktub dalam al-Qur’an al-Karim ataupun as-Sunnah as-Shadiqah.
Orientasi Produksi
Kitab suci al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian yang luas. Al-Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan bukannya untuk mem-produksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif. Hal ini ditegaskan al-Qur’an yang tidak memperbolehkan produksi barang-barang mewah yang berlebihan dalam keadaan apapun.
Namun demikian, secara jelas peraturan ini memberikan kebebasan yang sangat luas bagi manusia untuk berusaha memperoleh kekayaan yang lebih banyak lagi dalam memenuhi tuntutan kehidupan ekonomi. Dengan memberikan landasan ruhani bagi manusia sehingga sifat manusia yang semula tamak dan mementingkan diri sendiri menjadi terkendali.
Di dalam QS. Al-Ma’arij [70]: 19, sifat-sifat alami manusia yang menjadi asas semua kegiatan ekonomi diterangkan: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”. Sifat loba manusia menjadikan keluh kesah, tidak sabar dan gelisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan dan dengan begitu memacu manusia untuk melakukan berbagai aktifitas produktif. Manusia akan semakin giat memuaskan kehendaknya yang terus bertambah, sehingga akibatnya manusia cenderung melakukan kerusakan di bidang produksi.[10]
Mengacu pada pemikiran as-Syatibi,[11] bahwa kebutuhan dasar manusia harus mencakup lima hal, yaitu terjaganya kehidupan beragama (ad-din), terpeliharanya jiwa (an-nafs), terjaminnya berkreasi dan berfikir (al-‘aql), terpenuhinya kebutuhan materi (al-mal), dan keberlangsungan meneruskan keturunan (an-nasl). Maka orientasi yang dibangun dalam melakukan produksi adalah tindakan yang seharusnya dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi muslim dalam mengarahkan kegiatan produksinya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang lima tersebut. Jika kita gambarkan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut:

Proses Produksi
ad-Din
an-Nafs
al-‘Aql
al-Mal
an-Nasl











Gambaran di atas memberikan pemahaman pada kita bahwa orientasi yang ingin dicapai oleh proses produksi menjangkau pada aspek yang universal dan berdimensi spiritual. Inilah yang menambah keyakinan bagi kita akan kesempurnaan ajaran Islam yang tertulis dalam QS. Al-Maidah [5]: 3 yang artinya: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. Tidak ada keraguan bagi seorang muslim untuk memberikan kebenaran bagi ajaran Allah Swt yang ada dalam al-Qur’an al-Karim.
Wallahu a’lam bi al-shawab

Daftar Pustaka


Muhammad Rawwas Qalahji, Mabahis fi al-Iqtishad al-Islamiy min Ushulihi al-Fiqhiyyah, (Beirut: Dar an-Nafes, 2000), Cet. ke-4.

Abdurrahman Yusro Ahmad, Muqaddimah fi ‘Ilm al-Iqtishad al-Islamiy, Iskandariyah, 1988.

Taqyuddin an-Nabhani, an-Nidzam al-Iqtishadi fi al-Islam, (Beirut: Darul Ummah, 1990), yang dalam edisi bahasa Indonesia diberi judul Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), Cet. ke-2.

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. ke-1.

Murasa Sarkaniputra, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi Mantik Rasa dalam Model Konfigurasi Teknologi al-Ghazali-as-Syaribi-Leontief –Sraffa, draft artikel untuk Jurnal al-Iqtishadiyyah.

Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical of The Functioning of The Islamic Economic System, Penerj: Machnun Husein, Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. ke-1

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 1, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995)

Abu Ishaq as-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, 1341 H), Juz II.


[1]Awal bulan Maret yang lalu Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Jepang dalam rangka kerjasama pengembangan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat di lingkungan UIN, sedangkan pada waktu itu Rektor UIN selaku cendekiawan muslim Indonesia dan pimpinan lembaga pendidikan tinggi Islam di Indonesia diminta untuk menjelaskan arti agama dan nilai spiritualitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
[2] Muhammad Rawwas Qalahji, Mabahis fi al-Iqtishad al-Islamiy min Ushulihi al-Fiqhiyyah, (Beirut: Dar an-Nafes, 2000), Cet. ke-4, h. 62.
[3] Abdurrahman Yusro Ahmad, Muqaddimah fi ‘Ilm al-Iqtishad al-Islamiy, Iskandariyah, 1988, h. 39
[4] “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. (QS. Al-Baqarah [2]: 219.
[5] Taqyuddin an-Nabhani, an-Nidzam al-Iqtishadi fi al-Islam, (Beirut: Darul Ummah, 1990), yang dalam edisi bahasa Indonesia diberi judul Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), Cet. ke-2, h. 151
[6] Ibid.
[7] Lihat bukunya Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. ke-1, h. 195
[8] Murasa Sarkaniputra, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi Mantik Rasa dalam Model Konfigurasi Teknologi al-Ghazali-as-Syaribi-Leontief –Sraffa, draft artikel untuk Jurnal al-Iqtishadiyyah, h. 2
[9] Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical of The Functioning of The Islamic Economic System, Penerj: Machnun Husein, Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. ke-1
[10] Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 1, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 194-195
[11] Abu Ishaq as-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, 1341 H), Juz II.

Jumat, 21 November 2008

BERKAH DALAM EKONOMI

BERKAH DALAM EKONOMI ISLAM
Dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan, kata "berkah" berasal dari bahasa Arab. Akan tetapi, apakah pengertian kata "berkah" dalam bahasa Arab memiliki pengertian yang sama dengan kata "berkah" dalam bahasa Indonesia? Tulisan ini dilakukan untuk mengungkap makna kata "berkah" dalam bahasa Arab dan konsep Islam. Untuk itu, perlu diungkap terlebih dahulu pengertian kata "berkah" dalam bahasa Indonesia, sehingga dapat dipahami perbedaan pengertian kata itu dalam dua bahasa yang berbeda.
Poerwadarminta, penyusun Kamus Bahasa Indonesia, menulis bahwa kata "berkah" memiliki beberapa makna. Makna-makna itu adalah: a) Karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan kepada kehidupan manusia, misalnya dalam kalimat: Mudah-mudahan Tuhan melimpahkan berkatnya kepada kalian; b) Oleh karena dan akibat, misalnya: Berkat rajin usahanya, ia mendapat kekayaan sebanyak itu (karena rajin berusaha ia mendapat kekayaan sebanyak itu); c) Keberkatan, beruntung, dan bahagia, misalnya: Bagaimana perusahaan tuan? Berkat juga tuan (untung juga tuan); d) Makanan yang dibawa pulang sehabis berkenduri, misalnya: Ia pulang tiada membawa berkat; e) Memberkati, misalnya: Semoga pekerjaan kita ini diberkati Tuhan Yang Maha Esa, Pendeta itu berdoa untuk memberkati orang yang ada di sekitarnya, serta Barang curian tidak akan memberkati (tidak membawa kebaikan atau keselamatan); f) Restu atau pengaruh baik (menyebabkan selamat) yang didatangkan dengan perantaraan orang tua, orang suci dan sebagainya, misalnya: Ia selalu berdoa dan minta berkat kepada orang tuanya yang telah meninggal.
Dalam bahasa Arab, kata "berkah" berasal dari kata kerja madli (kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu) baraka. Kata ini, menurut al-Asfahani, pakar bahasa al-Qur'an, dari segi bahasa, mengacu kepada arti al-luzum (kelaziman), dan juga berarti al-tsubut (ketetapan atau keberadaan), dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Senada dengan al-Asfahani, Lewis Ma'luf, juga mengartikan kata baraka dengan arti " menetap pada sesuatu tempat". Dari arti ini, muncul istilah birkah, yaitu tempat air pada kamar mandi. Tempat air tersebut dinamakan birkah karena ia menampung air, sehingga air dapat menetap atau tertampung di dalamnya.
Di dalam al-Qur'an, kata baraka dengan berbagai kata jadiannya muncul sebanyak 31 kali. Dari 31 kali itu, semua kata baraka dapat dikatakan mengacu kepada arti tsubut al-khayr al-ilahy. Walaupun terjadi perkembangan arti, sesuai dengan konteks kalimatnya, kata baraka tetap tidak jauh dari makna tersebut. Setelah muncul dalam struktur kata yang berbeda dan dalam konteks kalimat yang berbeda pula, diantara kata ada yang merujuk kepada sifat-sifat Tuhan, misalnya kata tabaraka Allah. Dalam konteks seperti ini, kata baraka berarti Maha Suci. Ungkapan ini dapat ditemukan, antara lain, dalam surat al-A'raf ayat 54, al-Mu'minun ayat 14, al-Furqan ayat 10 dan 61, Ghafir ayat 64, al-Zukhruf ayat 85 dan al-Mulk ayat 1. Diantara ayat yang mengandung kata baraka dalam makna ini dapat dikutip terjemahnya sebagai berikut: "Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS al-Mulk ayat 1).
Kata tabaraka dalam ayat di atas diterjemahkan dengan makna Mahasuci, sama dengan makna kata tasbih (mensucikan). Mensucikan Allah berarti mensucikan-Nya dari sifat yang tidak layak untuk dimiliki Allah, misalnya menganggap ada lagi tuhan selain Allah, atau yang dikenal dengan istilah al-syirku. Dengan kata lain, kata tasbih berarti Mahasuci. Kata tabaraka dalam ayat 54 surat al-A'raf juga berbicara mengenai sifat Allah. Dalam ayat itu, Allah menjelaskan bahwa Tuhan ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Dia bersemayam di atas 'arasy. Dia mengganti malam dengan siang dengan pergantian yang cepat. Dia menciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang, masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Menciptakan dan memerintah adalah wewenang Allah sendiri. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
Secara tersurat, ayat di atas dapat mengacu kepada arti bahwa Allah memiliki sifat lahiriyah, seperti makhluk-Nya. Kata yang dapat mengacu kepada arti lahiriyah tersebut ialah fi sittati ayyamin. Kata ini, secara tersurat, berarti enam hari (masa). Bila Allah ketika menjadikan makhluk memerlukan dimensi waktu, maka sama dengan perbuatan makhluk-Nya, yang memerlukan waktu untuk melakukan sesuatu. Hal itu dapat membawa kepada adanya kesamaan antara Allah dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu, kata fi sittati ayyyamin, ditafsirkan oleh para mufassir dengan arti enam periode (tahap). Kata ayyamin dalam ayat ini tidak diartikan dengan makna hari, sebab perhitungan hari, yang terdiri atas dua belas jam, baru ada setelah tercipta-Nya alam semesta ini, dan perhitungan hari itu diciptakan oleh manusia. Penafsiran kata-kata seperti ini, dalam kitab suci al-Qur'an, tidak dapat dilakukan secara lahiriyah, walaupun berdasarkan riwayat seperti yang ada dalam beberapa kitab Tafsir, sebab dapat mengacu kepada makna menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Dengan mengutip riwayat tersebut, al-Maraghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa Tuhan memang menjadikan alam ini dalam enam hari. Pada hari sabtu Tuhan menjadikan tanah, pada hari ahad Tuhan menjadikan gunung, pada hari senin Tuhan menjadikan pohon-pohon, pada hari selasa Tuhan menjadikan sesuatu yang tidak disenangi, pada hari rabu Tuhan menjadikan nur (cahaya), pada hari kamis Tuhan menjadikan awan-awan dan pada hari jum'at waktu 'ashar Tuhan menjadikan Adam. Namun, riwayat yang dikutip al-Maraghi, ketika menafsirkan ayat tersebut, tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai riwayat isra`iliyat. Padahal, riwayat isra`iliyat ditolak oleh kebanyakan ahli tafsir. Jadi, dalam hal ini kita dihadapkan kepada dua persoalan. Pertama, kita menghadapi ayat yang menginformasikan terma-terma keduniaan, seperti enam hari, yang mengusik kita untuk ingin mengetahui makna sebenarnya. Pada sisi lain, keterangan-keterangan yang menjelaskan ayat-ayat seperti ini banyak dipengaruhi oleh isra`iliyat.
Nampaknya, untuk tidak membawa kepada adanya sifat Tuhan yang lahiriyah, maka Tuhan menekankan dengan kata-kata ala lahu al-khalq wa al-amr (ketahuilah bahwa urusan menciptakan alam dan bumi dengan segala isinya dan mengatur kehidupan makhluknya adalah hak Tuhan semata). Hal itu pula yang dapat kita pahami dari munculnya kata penutup ayat yang berbunyi tabarak Allah rabb al-'Alamin ( Maha suci Allah, Tuhan semesta alam). Kata penutup ayat ini terkait dengan ungkapan sebelumnya, yakni ala lahu al-khalq wa al-amr, bahwa Tuhan Maha Suci dari hal-hal yang bersifat lahiriyah, seperti Tuhan membutuhkan dimensi waktu dalam menciptakan bumi dan langit, dan kekuasaan Tuhan tidak sama dengan kekuasaan makhluk-Nya. Hubungan kesesuaian antara uraian pada awal ayat dengan kata penutup dikenal dalam ilmu tafsir dengan istilah munasabah. Munasabah itu, disamping menunjuk kepada adanya kesesuaian antara awal uraian ayat dengan penutup, juga hubungan kesesuaian antara kata dengan kata lain dalam satu ayat, kesesuaian antara ayat dengan ayat lain dalam satu surat, kesesuaian antara ayat dengan ayat lain dalam surat yang berbeda, hubungan antara surat dengan nama surat dan hubungan antara penutup surat dengan awal surat berikutnya.
Dalam ayat lain ditemukan juga kata tabaraka yang berarti Mahasuci (Tuhan), misalnya dalam ayat 14 surat al-Mu`minun. Dalam ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa Tuhan menjadikan manusia dari air mani. Dari air mani itulah, Tuhan mengubahnya menjadi segumpal darah, kemudian menjadi tulang yang dibungkus dengan daging. Setelah itu, Tuhan menjadikannya sebagai makhluk yang berbentuk lain. Pada penutup ayat, Tuhan mengatakan: "Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik." Kata tabaraka, yang diartikan maha suci oleh Departemen Agama dalam ayat ini, berarti bahwa Tuhan dalam menciptakan segala sesuatu, antara lain menciptakan manusia yang mengalami beberapa proses, tidak dibantu oleh siapa pun. Dia sendiri yang menciptakannya dan Maha Kuasa menciptakan seperti itu. Jadi, kata tabaraka berarti tidak membutuhkan pendamping dalam menciptakan alam dengan segala isinya yang cukup luas dan indah.
Dari kata baraka muncul kata mubarakat. Kata ini ditemukan dalam surat al-Dukhan ayat 2. Dalam ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa al-Qur'an turun pada malam yang di"berkah"i (mubarakah). Kata mubarakah dalam ayat ini, dapat dipahami dengan jelas jika dikaitkan dengan ayat-ayat lain yang berbicara mengenai masalah yang sama, misalnya ayat 1 surat al-Qadr. Dalam ayat disebut tarakhir ini, Allah menjelaskan bahwa al-Qur'an diturunkan pada malam Qadr. Pada malam Qadr itu, Allah memberikan nilai pahala yang berlipat ganda kepada orang yang melakukan ibadah. Nilai ibadah pada malam itu, lebih baik dari nilai ibadah pada seribu bulan lainnya. Dengan mencari munasabah antara ayat-ayat seperti ini dapat dipahami bahwa kata mubarakah dalam surat al-Dukhan ayat 2 merujuk kepada arti kebaikan Tuhan yang diberikan kepada orang-orang yang beribadah pada malam tersebut, yakni kebaikan yang berlipat ganda bila dibandingkan dengan pahala ibadah pada malam-malam lainnya.
Dalam ayat 1 surat al-Furqan ditemukan juga kata tabaraka, yang mengacu kepada arti Mahasuci Tuhan. Dalam ayat tersebut, Allah disamping menjelaskan bahwa Ia menurunkan al-Furqan (al-Qur'an) kepada hamba-Nya untuk menjadi peringatan bagi alam semesta, Ia juga menggunakan kata tabaraka yang dikaitkan dengan diturunkannya al-Qur'an. Pentingnya penempatan kata tabaraka dalam kaitannya dengan diturunkannya al-Qur'an, karena substansi al-Qur'an tidak dapat ditandingi oleh manusia, sejak diturunkannya pada masyarakat jahiliyah hingga zaman kita sekarang. Memang ada beberapa orang yang mencoba menandingi al-Qur'an, antara lain Musailamah al-Kazzab, dan Utbah bin Rabi'ah, namun usaha mereka tidak pernah menyamai al-Qur'an, apalagi menandinginya. Bahasa-bahasa yang mereka susun, yang dikatakan sebagai al-Qur'an, jauh berbeda dengan bahasa-bahasa al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad. Jadi, penempatan kata tabaraka dalam ayat 1 surat al-Furqan, dan dengan dikaitkannya dengan uraian mengenai al-Qur'an yang datang dari sisi Allah serta kenyataannya yang tidak dapat ditandingi oleh manusia, menunjukkan sifat kemahakuasaan Tuhan yang jauh dari kekuasaan manusia.
Bentuk lain dari kata baraka ialah barakat (jamak dari kata barakah). Dalam bentuk seperti ini, kata barakah berarti tsubut al-khayr al-ilahiy. Makna kata barakah seperti ini dapat ditemukan dalam al-Qur'an surat Fushshilat ayat 10, surat al-A'raf ayat 137, surat al-Isra' ayat 1, surat al-Anbiya' ayat 71, dan 81, surat Saba' ayat 218, dan surat al-A'raf ayat 96. Diantara ayat yang mengandung kata barakah dalam makna seperti ini dapat dikutip terjemahnya sebagai berikut: "Jikalau sekiranya penduduk kota beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka "berkah" dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat (Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Kata barakat dalam ayat di atas berarti kebaikan Tuhan. Kebaikan itu tidak diterima begitu saja oleh manusia. Ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh manusia untuk mendapatkannya. Dalam surat al-A'raf ayat 96, misalnya, Tuhan mengaitkan pemberian-Nya ("berkah") dengan keimanan dan ketaqwaan. Kebaikan itu dapat muncul dari langit dan dari bumi. Menurut Ahmad Mushthafa al-Maraghi, penulis Tafsir al-Maraghi, "berkah" dari langit mencakup pengetahuan yang diberikan Tuhan dan ilham (bimbingan)-Nya dan dapat pula berarti hujan dan semacamnya yang mengakibatkan kesuburan dan kemakmuran tanah. Sedangkan "berkah" dari bumi adalah tumbuhnya tanaman setelah turunnya hujan dari langit. Lebih lengkapnya, al-Maraghi menafsirkan bahwa seandainya penduduk suatu negara beriman kepada apa-apa yang dibawa oleh Rasul Tuhan, misalnya mentauhidkan-Nya, dan menjauhkan diri dari kemusyrikan dan tidak membuat kerusakan di bumi, maka Tuhan akan memberikan kebaikan ("berkah"). "berkah" itu berupa turunnya hujan dari langit yang menyuburkan tanah. Akibatnya, makmurlah kehidupan penghuni bumi. "berkah" lain adalah berupa ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap sunatullah (hukum alam). Tegasnya, menurut al-Maraghi, bila penduduk negeri beriman dan bertaqwa, Allah akan memperluas kebaikan kepada mereka dalam segala segi.
Namun dalam ayat-ayat lain, Tuhan tidak menjelaskan bahwa untuk mendapat kebaikan harus dengan syarat-syarat tertentu, misalnya keimanan dan ketaqwaan. Dalam surat al-Isra' ayat 1, misalnya Tuhan menjelaskan bahwa Nabi Muhammad diisra'kan (dijalankan pada malam hari) oleh Tuhan dari Masjid al-Haram (kota Makkah) ke Masjid al-Aqsha (Palestina). Masjid al-Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya di"berkah"i oleh Allah. Depertemen Agama mengartikan ungkapan "Tuhan memberi "berkah" Masjid al-Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya" dengan arti" Tuhan menurunkan Nabi-Nabi dan menjadikan subur tanah sekitarnya".
Memang, Masjid al-Aqsha sangat tepat dinamakan tempat yang mendapat "berkah" --dalam pengertian yang diberikan oleh Departemen Agama di atas. Sebab, Nabi yang diutus Tuhan untuk membawa kebaikan hidup manusia, kebanyakan diutus di Masjid al-Aqsha dan sekitarnya. "berkah" diutusnya para Nabi, manusia mendapat ilmu pengetahuan dan petunjuk dalam kehidupannya yang, pada umumnya, tertuang dalam kitab suci yang dibawa oleh para nabi tersebut.
Terlepas dari apakah turunnya "berkah" Tuhan harus diawali oleh keimanan dan ketaqwaan manusia atau tidak, kata "berkah" itu sendiri tetap mengacu kepada adanya kebaikan Tuhan, baik yang ada pada manusia maupun yang ada pada makhluk lainnya. Al-Qur'an sendiri disebut oleh Allah sebagai kitab suci yang di"berkah"i (kitab mubarak). Al-Qur'an disebut kitab yang di"berkah"i adalah karena ia mengandung ajaran-ajaran yang baik yang datang dari Tuhan. Tidak ada ajaran dalam al-Qur'an yang tidak baik. Manusia, karena keterbatasannya, terkadang tidak dapat memahami kebaikan yang terkandung dalam kitab suci tersebut. Kata mubarakah juga ditemukan dalam ayat 35 surat al-Nur.
Dalam ayat ini Allah menggunakan kata "berkah" untuk menyifati pohon zaitun, walaupun kata tersebut tetap mengacu kepada makna tsubut al-khayr al-ilahiy. Tegasnya, terdapat kebaikan Allah dalam pohon tersebut, baik yang menyangkut letak pohon tersebut atau substansi dari pohon zaitun itu sendiri. Dari segi letaknya, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pohon zaitun itu terletak pada suatu tempat yang cukup strategis, yaitu tumbuh di puncak bukit, sehingga ia mendapat sinar pada saat matahari terbit dan pada saat matahari terbenam. Akibat letaknya yang strategis, pohon zaitun tumbuh subur. Substansi pohon zaitun itu sendiri dapat menghasilkan minyak yang baik untuk kesehatan manusia. Jadi ringkasnya, penggunaan kata berkat dalam ayat al-Qur'an tidak saja menyangkut kebaikan Allah kepada sesuatu yang diungkap dalam ayat itu, tetapi juga menyangkut sesuatu yang tidak substansial, misalnya letak pohon zaitun seperti yang diterangkan dalam ayat 35 surat al-Nur tersebut.
Kata "berkah" juga digunakan oleh Allah untuk menyifati air (ma`an mubarakan), seperti yang terdapat dalam surat Qaf ayat 9. Kata mubarakan dalam ayat ini pun tetap mengacu kepada kebaikan Allah, yakni yang terdapat dalam air tersebut. Sebagaimana diterangakan pada ayat-ayat setelahnya, air berguna, antara lain, untuk menumbuhkan pohon-pohon yang terdapat dalam kebun-kebun, dan biji-bijian seperti padi, jagung, gandum dan sebagainya yang dapat dipanem. Air juga berguna untuk menumbuhkan pohon kurma yang tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. Semua itu untuk menjadi rezeki bagi hamba Allah.
Memang, air memiliki manfaat yang cukup banyak. Oleh karena itu, pada ayat 30 surat al-Anbiya`, Allah menjelaskan bahwa Dia menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Kata-kata "berkah" yang muncul dalam al-Qur'an, semuanya mengacu kepada sebuah arti bahwa pelaku yang memberi "berkah" hanyalah Allah. Oleh sebab itu, baik al-Asfahani, al-Maraghi maupun Lewis, sama-sama memberi arti kata "berkah" dengan arti kebaikan Tuhan. Dengan demikian, ungkapan yang digunakan oleh orang, misalnya: Dengan "berkah" si Fulan, saya tertolong dari segala kesusahan" tidak dipahami dengan arti" si Fulan yang memberi "berkah"", akan tetapi mengacu kepada arti "akibat". Dengan kata lain, akibat si Fulan, saya terhindar dari segala kesusahan. Jadi, si Fulan tidak mempunyai wewenang memberi kebaikan ("berkah"), tapi Tuhanlah yang memberi kebaikan ("berkah"). Si Fulan hanya memberi bantuan kepada orang lain dari kebaikan ("berkah") yang diberikan Tuhan kepadanya.
Ungkapan baraka fiy digunakan untuk mendoakan seseorang supaya mendapat kebaikan atau kerelaan dari Tuhan. Ungkapan baraka Allah fika wa 'alayka berarti ja'alaka mubarakan (Allah memberi kebaikan kepadamu ). Adapun ungkapan al-barak dapat pula berarti al-sa'adah (kebahagiaan), atau al-ziyadah (tambahan). Dari arti asal kata "berkah" ini, dapat dipahami bahwa orang yang dido'akan orang lain agar mendapat "berkah" berarti dido'akan semoga mendapat keridlaan Tuhan. Dengan ridla Tuhan, ia akan mendapat kebahagiaan dan nikmat Tuhan.
Rasulullah pernah mengajarkan ucapan yang ditujukan kepada sepasang penganten yang baru saja melangsungkan perkawinan, yang berbunyi: Baraka Allah lakuma wa baraka alaykuma wa jama'a baynakuma fi khayr" mengandung pengertian doa. Ungkapan tersebut berarti semoga Allah memberi kebaikan kepada sepasang penganten yang baru saja memasuki kehidupan rumah tangga dan menjadi pasangan yang langgeng sepanjang masa.
Kembali kepada ayat yang berbunyi: Hadza dzikrun mubarakun anzalnahu (Qur'an surat al-An'am ayat 92). Ayat ini mengandung makna bahwa kitab suci tersebut berisi kumpulan peraturan yang berbentuk perintah dan larangan Tuhan, yang kalau perintah itu dikerjakan dan larangan dihindari, seseorang akan mendapat kebaikan. Undang-undang itu merupakan sebagian kebaikan yang datang dari Allah. Masih banyak lagi nikmat Tuhan yang tidak dapat dihitung dan diduga. Sesuatu yang dirasakan mendapat tambahan kebaikan Tuhan, walaupun tidak dapat dilihat, disebut juga sebagai "berkah".
Dalam hubungannya dengan tambahan kebaikan ini, Rasulullah bersabda:" Harta benda tidak akan berkurang karena disedekahkan". Secara lahiriyah, mengeluarkan sedekah berarti mengurangi harta. Akan tetapi secara tersirat, harta tidak akan berkurang, bahkan akan bertambah, yakni artinya, Tuhan akan menambah lagi rejeki kepada orang yang mengeluarkan harta, yang boleh jadi tanpa diduga dan tanpa diketahui oleh orang tersebut. Orang yang merasa merugi karena mengeluarkan harta di jalan Allah, karena ia hanya mencari hubungan lahiriyah antara infak harta di jalan Allah dengan kebaikan yang diperolehnya. Dicari dengan jalan apa pun, apalagi dengan jalan ilmiah, yang menuntut adanya pemikiran rasional, obyektif, dan sistimatis, tidak akan ditemukan hubungan antara dua hal di atas.
Oleh karena itu, dibutuhkan sikap imani, yaitu keimanan yang mendalam bahwa sebagian nikmat Tuhan yang kita rasakan dalam kehidupan ini, atau bahkan seluruhnya, adalah pemberian Tuhan. Pemberian Tuhan boleh jadi karena Tuhan memiliki sifat Rahman (pengasih). Dengan sifat itu, Tuhan dapat memberi kebaikan kepada siapa saja, tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.
Sebaliknya, sanksi (siksaan) Tuhan di dunia terhadap orang yang berdosa, tidak dapat diperhitungkan secara ilmiah dan rasional, sebab tidak ada hubungan yang dapat dilihat secara kongkrit antara pelanggaran yang dilakukan dengan balasan Tuhan di dunia. Hanya sikap imani pula yang dapat mengakui adanya hubungan antara pelanggaran dengan sanksi di dunia.
Dari uraian yang dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa "berkah" adalah kebaikan Tuhan, baik berupa materi maupun non materi. "Berkah" atau kebaikan itu hanya milik Tuhan dan datang dari Tuhan. Dari makna kata "berkah" dalam konsep Islam, dapat diketahui bahwa beberapa makna "berkat" dalam bahasa Indonesia, ada yang tidak sejalan dan ada pula yang sejalan dengan arti "berkah" dalam konsep Islam. Diantara makna kata "berkah" dalam bahasa Indonesia yang tidak sejalan dengan makna kata "berkah" dalam konsep Islam ialah restu atau pengaruh baik (yang menyebabkan selamat) yang didatangkan dengan perantaraan orang tua, orang suci dan sebagainya, misalnya dalam contoh: "Ia selalu berdoa dan minta berkat kepada orang tuanya yang telah meninggal." Makna kata "berkah" seperti ini tidak terdapat dalam konsep Islam, sebab orang yang telah meninggal dunia tidak dapat berhubungan lagi dengan orang yang masih hidup, apalagi memberi kebaikan. Makna lain dari kata berkat dalam bahasa Indonesia yang tidak sejalan dengan makna kata "berkah" dalam konsep Islam ialah akibat, misalnya dalam contoh: "Berkat rajin belajar, ia lulus dalam ujian." Makna kata "berkah" seperti ini tidak dikenal dalam konteks bahasa Arab dan konsep Islam. Orang Arab bila ingin mengungkap keberhasilannya, yang dilatar belakangi oleh kerja keras, mereka mengungkapkannya, antara lain, dengan kalimat: "Huwa najaha fi al-imtihan, li'annahu ta'allama bi juhdin"( Ia lulus dalam ujian, karena belajar dengan sungguh-sungguh). Makna lain lagi dari kata berkat dalam bahasa Indonesia yang tidak sejalan dengan makna kata berkat dalam konsep Islam ialah makanan yang dibawa pulang sehabis berkenduri. Ungkapan seperti ini tidak dikenal dalam bahasa Arab dan Islam. Ungkapan tersebut hanya dapat dipahami dengan arti al-ziyadat (kelebihan). Artinya, orang yang mengadakan kenduri, karena memiliki kelebihan harta atau rezeki, lalu membagi-bagikannya kepada orang lain. Selanjutnya, makna lain lagi dari kata "berkah" dalam bahasa Indonesia yang tidak sejalan dengan makna kata "berkah" dalam konsep Islam ialah memberkati atau berdoa, misalnya dalam kalimat: "Pendeta itu mendoa sambil memberkati orang yang ada di sekitarnya." Sebab, hanya Allah yang dapat memberi "berkah".
Sedangkan makna kata "berkah" dalam bahasa Indonesia yang sejalan dengan makna kata "berkah" dalam konsep Islam ialah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan kepada kehidupan manusia, misalnya dalam kalimat: "Mudah-mudahan Tuhan melimpahkan berkat-Nya kepada kita sekalian". Makna ini memang sesuai dengan makna kata berkat dalam Islam, sebab makna kata "berkah" ialah tsubut al-khayr al-ilahiy (adanya kebaikan Tuhan). Kebaikan itu dapat dirasakan oleh seseorang, baik sebagai balasan atas ketaqwaan dan keimanannya kepada Tuhan maupun diberikan begitu saja oleh Tuhan karena sifat maha pemurah-Nya dan Maha Kuasa-Nya untuk berbuat sekehendak hatinya, tanpa ada yang mampu menghalanginya. @

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PERTEMUAN I
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

1. Pengertian
Sistem informasi : Seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi. SIM adalah sistem informasi yang diterapkan bagi kepentingan manajemen, dan secara sederhana manajemen dapat diartikan Getting things done through people (Harold Koonzt dan Cyril O’Donnel}
Sistem Informasi Manajemen : adalah suatu sistem dimana unit organisasi memiliki suatu kerangka informasi tunggal dan terpadu untuk pengumpulan informasi yang diperlukan bagi kepentingan kegiatan manajemen.
2. Evolusi bentuk informasi
§ Observasi langsung
§ Secara lisan
§ Secara tertulis
§ Komputerisasi
3. Sumberdaya yang dikelola Manajer dalam proses manajemen (Mc Leod)
§ Man (manusia)
§ Money (uang, dana) Physical
§ Material
§ Machine
§ informasi Representasi
4. Kekuatan yang mendorong makin perlunya SIM
§ perubahan ekonomi secara global
§ perubahan ekonomi industrial
§ perubahan perusahaan
§ perubahan teknologi komunikasi
5. Aktivitas dalam Sistem Informasi
§ Input (masukan, Data)
§ Process (pengolahan data)
§ Output (keluaran, Informasi)

Top management needs an accurate picture of their culture to develop and direct the changes their organizations need to succeed today. An accurate picture helps them make hiring decisions, design leadership development and retention strategies, optimize performance, ensure alignment with corporate strategy, and make merger and acquisition decisions

Bagan aktivitas Sistem Informasi
(Jane P. Loudon)
Lingkungan SI

INPUT
(DATA)

PROCESSING
- KLASIFIKASI
- PENATAAN
- PENGHITUNGAN












OUTPUT
INFORMASI
UMPAN BALIK






6. Tujuan penerapan SIM
§ Untuk mencapai keunggulan competitive
§ Untuk mencapai keunggulan comparative
7. Lingkungan yang berpengaruh terhadap SIM
§ Untuk dunia bisnis
o Finance society
o Suppliers
o Labor union
o Stock holder
o Competitor
o Costumer
o Government/local society
o Global community
§ Untuk dunia pendidikan/lembaga pendidikan
o Government
o Local society
o Professional organization
o Competitor
o Costumer
Dalam prakteknya Penerapan SIM sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat, untuk itu perlu dilakukan secara bertahap dan hati-hati agar apa yang diharapkan dari penerapan SIM dapat tercapai. Dalam kaitan ini kebudayaan masyarakat dapat dikelompokan kedalam :
¨ Masyarakat pra-informasional
¨ Masyarakat informasional
Masyarakat pra informasional adalah masyarakat yang belum melihat informasi sebagai sumberdaya yang penting serta pengaruhnya dalam kehidupan tidak begitu menonjol, sedangkan masyarakat informasional adalah masyarakat yang telah menyadari pentingnya informasi sebagai sesuatu yang berpengaruh besar dalam kehidupan.
Adapun perbedaan kedua kelompok tersebut menurut Sondang P Siagian adalah :
Kemampuan menggabung yg kreatif
Kekakuan paradigma Pra-Informasional Informasional
¨ Dasar ilmiah
Langka
Melimpah
¨ Jumlah Infor
Masi
¨
Eksponensial
LinierPertambah-
an informasi

¨
Lambat/Stabil
Cepat/Berubah-ubahKecepatan
dan isi
¨
Multi Media
Mono MediaCara penyam
paian
¨
Individu
Mesin/bantuan mesinUnit penang-
anan info
¨
Pluralistis
MonistisKerangka ni-
lai tafsiran
¨
Banyak orang pada seorang
Seorang ke Banyak orangHubungan
informasi

¨
Masa depan
Masa laluOrientasi
waktu
PERTEMUAN 2
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Karakteristik/Ciri-ciri SIM
1. Bersifat total/menyeluruh, mencakup :
· dilihat dari bentuknya
a. formal – informal
b. manual – komputerisasi
· dilihat dari bidangnya
a. sistem informasi proyek
b. sistem informasi perkantoran
c. sistem informasi forcasting
d. sistem informasi penopang keputusan
2. Bersifat terkoordinasi :
keseluruhan cakupan SIM dilaksanakan dilaksanakan secara terstruktur, terdepartemen tasi tapi harus terkoordinasi secara terpusat
Initially, the term TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP was viewed as a PERSONAL QUALITY, an ability to inspire employees to look beyond self-interest and focus on organizational goals. The concept has evolved over time; now it is often viewed as a broad STRATEGY that has been described as "facilitative."
ERIC Digests

SI
SI
SI


PROSES
PIHAK
MANAJEMEN







3. SIM terintegrasi secara rasional
Sub-sub sistem dikoordinasikan menuju tercapainya integrasi secara rasional. Logis, efektif dan efisien
4. SIM mentransformasikan data menjadi informasi dengan berbagai cara
5. SIM meningkatkan Produktivitas
6. SIM sesuai dengan sifat dan gaya manajer (personil) yang akan menggunakannya sehingga terhindar dari kesenjangan
7. SIM menggunakan kriteria mutu yang telah ditetapkan serta relevansi.
8. SIM memiliki sub sistem informasi


PIHAK
MANAJEMEN
SI
SI
SI


PROSES











Konsep dasar Informasi
o Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Data (bahan baku informasi) adalah kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya (Gordon B. Davis)
o Informasi yaitu semua data yang mempunyai arti bagi pihak pemakai, sedangkan data adalah sebuah fakta tertentu
(Winardi)
o Informasi adalah data (data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka) yang telah diproses, atau data yang memiliki arti. (McLeod)
o Dalam Sistem informasi, informasi memperkaya penyajian, mempunyai nilai kejutan, atau mengungkap sesuatu yang penerimanya tidak tahu atau tidak tersangka. Dalam dunia yang tidak menentu, informasi menggurangi ketidak pastian, terutama dalam mempertimbangkan pilihan-pilihan dalam pembuatan keputusan, bila tidak ada pilihan atau keputusan, informasi menjadi tidak diperlukan atau kurang dibuatuhkan.
o Ciri/sifat-sifat informasi
· benar – salah (berhubungan dengan realitas)
· baru
· tambahan
· korektif
· penegas
o syarat informasi (dalam konteks manajemen)
· cepat (dilihat dari segi waktu)
· tepat/akurat (dilihat dalam hubungannya dengan realitas)
· lengkap (ddilihat dari cakupan)
· relevan (dilihat dari konteks kebutuhan)
o Klasifikasi informasi
· Informasi untuk manajeman dan informasi pertanggungjawaban
· Informasi proses dan informasi proyek
· Informasi historis dan informasi masa datang
· Informasi intern dan informasi ekstern
· Informasi identifikasi dan informasi relasi
Pendekatan dalam mempelajari SIM
1. Pendekatan Teknis. pendekatan yang menekankan pada model normatif, bersifat matematis serta mengacu pada kecakapan teknologi secara fisik dan formal dari suatu sistem informasi
2. Pendekatan Prilaku. pendekatan yang lebih menekankan pada pengaruh sistem informasi terhadap individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat.
3. Pendekatan Gabungan. pendekatan yang mencoba mempelajari sistem informasi dengan menggabungkan kedua pendekatan tersebut di atas yakni model normatif dan model sosial/fungsional

PERTEMUAN 3
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Faktor –faktor yang mempengaruhi penataan SIM
1. Hirarki dalam struktur organisasi
1. Hirarki adalah pelapisan atau tingkatan yang menyePERTEMUANkan adanya rantai komando yang mengatur hubungan atasan-bawahan
2. Dalam hirarki tercakup pembagian wewenang dan span of control
2. Iklim Organisasi (Organizational Climate): an overall feeling that is conveyed by the physical layout, the way participant interact, and the way members of the organization conduct themselves with costumer or the outsiders (Fred Luthans)
· Klasifikasi pembagian wewenang dalam manajemen
ü
Klasifikasi DasarCentralized management
ü Decentralized management
ü
Manajemen KoordinatifCollegial management
ü Joint management
ü Collaborative/collective management
· Ciri-ciri dalam arus informasi
· Centralized management
§ Informasi yang ditampung sangat banyak
§ Informasi harus selalu disampaikan pada manajemen puncak
§ Bisa menimbulkan information overload
· Decentralized management
§ Informasi arusnya sangat tersebar karena ada delegasi dalam pembuatan keputusan
§ Arus informasi tidak terlalu padat
§ Manajemen puncak mengendalikan organisasi melalui ringkasan informasi
· Coordinative management
§ Informasi tersebar sesuai wewenangnya
§ Manajer senior dan yunior sama-sama memiliki informasi penting bagi pengambilan keputusan
§ Sistem informasi rumit karena harus dibuat agar jangan sampai tumpang tindih (ovelapping)
§ Struktur organisasi biasanya matriks
3. Gaya Manajemen : yaitu bagaimana para manajer memanfaatkan waktunya dalam menangani organisasi dalam bidang :
§ Menangani pekerjaan
§ Melaksanakan human relation
§ Supervisi
§ Reward ang punishment
v Gaya manajemen sangat dipengaruhi oleh :
· Mutu pemikiran
· Sikap dasar
· Pengalaman
· Sifat pengolahan informasi
· Kecerdasan emosi
Empat unsur kualitas pemikiran manusia

Preseptif


Sistematis Intuitif








Reseptif

v Ciri-cirinya :
a. Intuitif :
§ Trial and error dalam menguji berbagai bentuk pemecahan masalah
§ Tiodak menganggap penting pemrosesan data menjadi informasi
b. Sistematis
§ Menstrukturkan masalah secara tepat untuk pemecahan masalah
§ data-data diolah dan dianalisa dengan cermat tersusun dan logis
c. Preseptif
§ Memusatkan perhatian pada hubungan antara unsur suatu data yang diperoleh
§ Cepat menguji data rincian untuk memadukan dengan data-data bidang lain
d. Reseptif
§ Memerlukan informasi rinci dan cenderung tenggelam pada rincian tanpa mengaitkan dengan data dari bidang lain
§ cenderung melihat permasalahan secara parsial tidak integral

PERAN-PERAN MANAJERIAL DARI MINTZBERG

1. Interpersonal roles :
v Figurehead : Manajer melaksanakan tugas-tugas seremonial
v Leader : Manajer memelihara unit dengan mempekerjakan dan melatih staf serta menyediakan motivasi dan dorongan
v Laison : Manajer melakukan hubungan dengan orang-orang di luar organisasi dengan tujuan menyelesaikan masalah bisnis

2. Informational roles :
v Monitor : Manajer secara tetap mencari informasi mengenai kinerja unit (organisasi)
v Disseminator : Manajer meneruskan informasi yang berharga kepada orang di dalam unitnya
v Spokesperson : Manajer meneruskan informasi yang berharga kep[ada orang-orang diluar unitnya—pimpinan dan orang-orang dilingkungannya

3. Decisional roles :
v Entrepreneur : Manajer membuat perbaikan-perbaikan yang cukup permanen pada unit, seperti mengubah struktur organisasi
v Disturbance Handler : Manajer bereaksi pada kejadian-kejadian tidak terduga, seperti devaluasi dollar dsb.
v Resources Allocator : Manajer mengendalikan pengeluaran unitnya, menentukan unit bawahan mana yang mendapat sumber daya
v Negotiator : manajer menengahi perselisihan baik di dalam unitnya maupun antara unit dan lingkungannya
PERTEMUAN 4
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

· Manusia dan Informasi
Manusia adalah makhluk yang tidak hanya mencerap informasi/data tapi juga sebagai pemroses informasi (information processor), pemrosesan informasi pada manusia dapat digambarkan sebagai berikut
Rangsangan eksternal
Ingatan
Jangka
Panjang

Ingatan
Jangka
Pendek



Analisis

Decision






· Manajer dan Sistim Informasi
Sikap manajer terhadap sistem informasi akan dipengaruhi oleh sifat-sifat manajer yang bersangkutan
Sifat-sifat Manajer
Dampak pada sistem Informasi
Tidak mengandalkan pada sistem yang tak dipahami
Sistem harus sederhana, mudah dipahami
Bertorientasi pada manusia
Lebih senang menerima informasi dari manusia
Orientasi penggunaan waktu yang efisien
Kurang suka interaksi langsung dengan sisInfo
Tak suka kejutan
Memberikan informasi pokok (key Info)
Tak ingin terlihat bodoh
Menghindari semua diskusi sistem dg personil
Prioritas
SisInfo ditata sesuai prioritas


Facilitative leadership may also require richer perceptions of organizational life. Lee Bolman and Terry Deal (1991) identify four "frames" for thinking about leadership. The RATIONAL frame focuses on the formal demands of the system, such as goals, policies, and constraints. The HUMAN RESOURCE frame considers the human need of participants. The SYMBOLIC frame addresses the values, rites, and rituals that provide members with a sense of community. The POLITICAL frame considers the way that participants pursue their own interests (ERIC Digests)

· Kebutuhan dan sumber Informasi (IRM)
ü Kegiatan Organisasi
Middle manager /Professional
Lower Manager
Top
Manager
Lapisan Manajer Lapisan Profesional

Personil Operasi Bagian Administrasi








ü Top Manager/Management
- memerlukan informasi terpadu
- menentukan dalam menentukan SIM yang dipakai
ü Middle Manager terbagi dua yaitu
§ Upper Middle Manager
- sangat terlibat dalam penataan SIM
§ Specialist/Professional
- penyeliaan Staf semi profesional
ü Lower Manager
- Supervisi personil operasi
- keterlibatan dalam SisInfo cukup besar
- bisa menjadi anggota SisInfo tertentu
ü Personil operasi
- keterlibatan yang terbatas pada SisInfo
- melakukan transaksi/kegiatan kemudian diproses oleh SisInfo
Titik berat perhatian
Top
Middle
Lower
Perencanaan Strategis, analisis alternatif.dan
Alokasi Sumber Daya, Policy Making
Review dan Evaluasi Total, masalah
Kritis, Leadership/seremonial

Penyeliaan langsung, review
Rinci, pengendalian operasi,
menyelesaikan masalah personil



Orientasi Waktu
Kegiatan manajerial


Orientasi Masa Depan


Orientasi Masa Kini dan
Lampau
Middle
Lower
Top



Tidak Berulang
Tidak Terstruktur
Keputusan Tak dapat
diramal
Info belum tersedia
Berulang
Terstruktur
Informasi biasanya sudah tersedia


Jenis Kegiatan
Top
Middle
Lower

· Sumber daya informasi menurut Raymond McLeod terdiri dari :
o Perangkat keras komputer
o Perangkat lunak komputer
o Para spesialis informasi
o Pemakai
o Fasilitas
o Database
o Informasi
· Mutu informasi
Mutu suatu informasi yang disampaikan akan bervariasi, ini terjaddi karena ada bias/kesalahan yang diseababkan oleh :
o Metode pengukuran dan pengumpulan data yang salah
o Tidak mengikuti prosedur pengolahan yang benar
o Data hilang atau tidak di olah
o Kesalahan mencatat atau mengoreksi data
o File historis/induk yang salah atau keliru memilih file historis
o Kesalahan dalam prosedur pengolahan misalnya kesalahan program komputer
o Kesalahan yang disengaja
Cara mengatasi hal tersebut antara lain adalah :
o Pengendalian intern
o Audit intern dan ekstern
o Menambahkan batas kepercayaan pada data
PERTEMUAN 5
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

v Informasi dan komunikasi
Apabila informasi dipertukarkan maka komunikasi akan terjadi, komunikasi dapat terjadi antara manusia, manusia dengan mesin, dan antara mesin dengan mesin. Informasi hanya dapat melaksanakan tugasnya dalam proses komunikasi apabila informasi tersebut disesuaikan dengan pihak penaerima. Kebutuhan akan informasi perlu ditetapkan (Sesuai dengan yang membutuhkan informasi) berdasarkan:
o Jenis informasi
o Jumlah informasi
o Biaya
v Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata “communication” yang secara etimologis berarti “the act of communicating, a sharing of information, a means of communicating, as a way of passing from one place to another, news; a message” (Webster’s super new School and Office Dictionary). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi menunjukan pada suatu tindakan mengkomunikasikan sesuatu dalam hal ini informasi dalam bentuk berita atau pesan dengan menggunakan sarana komunikasi ertentu, sementara itu dalam Webster’s New Collegiate Dictionary disebutkan bahwa
“Communication 1: an act or instance of transmitting 2a: information communicated b: a verbal or written message 3a: a process by which information is exchanged between individuals through a common system of symbols, signs, or behaviour b: personal rapport…..5a: a technique for expressing ideas effectively b: the technology of the transmission of information”
definisi ini nampaknya lebih komprehensif dibanding yang pertama sebab dimensi di dalamnya sangat terperinci yang mencakup makna Tindakan menyampaikan
Ø Informasi yang dikomunikasikan
Ø Pesan verbal atau tertulis
Ø Suatu proses dimana informasi dipertukarkan diantara individu melalui sistem simbul, tanda atau prilaku
Ø Tehnik mengekspresikan ide secara efektif
Ø Teknologi penyampaian informasi
Dengan memperhatikan definisi-definisi tersebut di atas, pemahaman tentang istilah komunikasi semakin jelas, dan untuk lebih memperjelas khususnya penggunaan dalam organisasi, maka disuni akan dikemukakan beberapa definisi
“from managerial perspective …. Commmunication refers to the transfer of information via an understandable message from a sender to others. All communication attempts to transfer some type of information. Some transfers are successful, others are not. The key ingredient is that the information is presented in the form of undrstandable message to those with whom the sender wishes to communicate” (Louis E. Boone, David L. Kurtz)
“Communication is the process of exchanging information. Vardaman and Halterman have defined,’by communication we mean the flow of material, information, perception, and understandings between various parts and members of an organization…all the methods, means, and mediaof communication (communication technology), all the channels, networks, and the system of communication (organizational communication) all the person to person interchange (interpersonal communication) … it includes all aspects of communications : up, down, lateral ; speaking, writing, listening, reading, methods, media, modes, channels, network flow; interpersonal, intraorganizational, interorganizational’. Thus communication contains all interpersonal, interorganizational, interpersonnel, intraorganizational, mutual, vertical, horizontal information passing and interaction” (V.P.Michael, 1989: 63)
dengan melihat definisi di atas baik yang pertama ataupun yang kedua nampak bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang mencaku unsur-unsur yang terdiri dari : 1). Sumber (source, sender); 2). Pesan (message); 3). Saluran (channel); 4). Penerima (reciever), sumber mengirimkan pesan dalam bentuk informasi baik lisan ataupun tertulis melalui cara tertentu yang kemudian diterima oleh pihak lain (penerima).

v Jenis-jenis komunikasi
Dilihat dari cara penyampaiannya komunikasi dapat dikelompokan ke dalam tiga jenis yaitu :
1) Komunikasi lisan (verbal)
2) Komunikasi tertulis (written)
3) Komunikasi bukan lisan dan tertulis (body language : eye contact, gesture and posture)
Dilihat dari hirarki ke-efektifan situasi, komunikasi dikelompokan ke dalam tiga jenisdengan ke-efektifan yang makin menurun yaitu :
1) Komunikasi dua arah tatap muka (two-way, face to face)
2) Komunikasi dua arah tidak tatap muka (two-way, not face to face)
3) Komunikasi dengan pesan tertulis (written message)
Dilihat dari arah komunikasi khususnya dalam suatu organisasi komunikasi dapat dikelompokan menjadi :
1. Komunikasi atasan-bawahan (downward, superior-subordinate)
2. Komunikasi bawahan-atasan (upward, subordinate-superior)
3. Komunikasi mendatar (horizontal, subordinate-subordinate)
Dilihat dari situasinya komunikasi dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :
1) Komunikasi formal
2) Komunikasi informal
v Tingkatan Informasi
o Tingkatan teknis ( seberapa akurat informasi dapat disalurkan)
o Tingkatan semantik ( seberapa tepat simbol-simbol yang disalurkan dapat membawakan arti yang diinginkan)
o Tingkatan efektivitas ( seberapa cocok pesan tersebut sebagai motivasi tindakan manusia
Tujuan sebuah sistem komunikasi adalaaah membuat reproduksi pesan yang dipilih dari sumber ke tujuan.

v Proses komunikasi
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu interaksi yang di dalamnya terjadi suatu proses, bila digambarkan sesuai dengan makna dari pengertian komunikasi akan terlihat sbb:

Sumber


Pesan


Saluran


Penerima

Sementara itu menurut V.P. Michael proses komunikasi digambarkan sebagai berikut :
Source


Coding


transmitting


noise
Channel


Receiving


Decoding


Destination

Conley and Goldman urge would-be facilitative leaders to move slowly, assessing their own leadership styles and the school's culture before diving in. Not every school is ready to embrace collaborative leadership, and every organization goes through periods when highly directive leadership is more appropriate.
Principals should clearly communicate their intentions and carefully choose the target for their initial efforts; ideally, the issue should be one that is important to teachers, yet safe enough that the principal can live with any outcome. Emerging facilitative leaders should also seek out like-minded colleagues to form a support network.
Shirley Hord (1992) counsels patience, noting that "change is a process, not an event." She points out that individuals must change before the institution can, and that they do so in different ways and at different rates. Facilitators must adapt their strategies to these individual variations.
Above all, Conley and Goldman caution administrators against becoming preoccupied with formal roles, structures, and procedures. Workplace democracy is not an end in itself but merely a way of enhancing teacher performance and student learning (ERIC Digests)

PERTEMUAN 6
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

§ Sistem Informasi Strategis
Adalah suatu sistem informasi (berbasis komputer) yang digunakan untuk setiap tingkatan organisasi yang mengubah tujuan, operasional, produk, jasa, dan hubungan lingkungan untuk membantu organisasi memperoleh keuntungan keunggulan kompetitif. Dalam pandangan strategis (strategic view) produk atau jasa adalah keseluruhan paket barang secara fisik, layanan pendukung dan informasi organisasi yang disediakan untuk menciptakan nilai bagi pelanggannya.
§ Perkembangan konsep dan sistem informasi
Periode waktu
Konsep Informasi
Sistem Informasi
Tujuan
1950 - 1960
§ Perintah birokrasi
§ Electronic accounting Machine
§ Pemrosesan akuntansi dan data dengan cepat


1960 - 1970
§ Mendukung tujuan yang bersifat umum
§ SIM dan Pabrik Informasi
§ Pemenuhan laporan secara umum cepat
1970 - 1980
§ Mengendalikan manajemen
§ Decision Support System (DSS)
§ Memperbaiki pembuatan keputusan
1980 - 2000
§ Keunggulan bersaing
§ Sistem strategis
§ Meningkatkan daya tahan organisasi

§ Penerapan Sistem Informasi dikatakan strategis jika tujuannya memenuhi kriteria sebagai berikut (kriteria tujuan Sistem Informasi Strategis)
o Mencapai posisi kepemimpinan biaya rendah
o Menyediakan diferensiasi produk/jasa dan nilai lebih bagi konsumen
o Menciptakan aliansi perusahaan, pemasok dan langganan
o Peningkatan nilai produk dengan tampilan dan dukungan yang inovatif
o Memungkinkan pertumbuhan pasar secara geografis atau ekspansi volume
o Membantu mengenalkan produk ke pasar
§ Pengelolaan Informasi untuk keunggulan kompetitif
Untuk memperoleh keuntungan kompetitif, organisasi perusahaan harus menentukan kesempatan-kesempatan strategis mana yang harus dilakukan organisasi bisnis. Menurut Jane P. Loudon ada dua bentuk perusahaan dan lingkungannya dalam mengidentifikasi wilayah bisnis dimana Sistem Informasi dapat memberikan keunggulan kompetitif yaitu :
1. model kekuatan kompetitif ( Competitive Force Model)
2. model rantai nilai (Value Chain Model)
§ Competitive Force Model
Model ini menjelaskan interaksi pengaruh-pengaruh eksternal khususnya ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi strategi organisasi dan kemampuan bersaing
§ Keunggulan kompetitif dapat dicapai dengan :
1. memperkuat kemampuan perusahaan untuk bernegosiasi dengan pelanggan, pemasuk, produk, dan jasa pengganti dan pemain pasar yang baru.
2. memperkuat strategi persaingan melalui :
a. diferensiasi produk – menciptakan produk dan jasa unik yang dapat dengan mudah dibedakan dari pesaing.
b. Diferensiasi fokus – menciptakan ceruk pasar yang baru dengan menentukan target khusus untuk produksi atau jasa yang dapat berfungsi sebagai barang superior (barrier to entry)
Mengembangkan keterkaitan yang ketat dengan konsumen dan pemasok (integrasi, akuisisi, bukan monopoli) Menjadikan produsen berbiaya rendah

PESAING BARU
peusahaan
pesaing

PRODUK DAN
JASA SUBSTITUSI








PELANGGAN

PEMASOK

MANAGEMENT INFORMATION SYSTEMS


Although management information systems do not have to be computerized, normally they are. With the common use of personal computer today and the emergency of the so-called information superhighway, almost all information processing is done by computers. MIS involves generating, processing, and transmitting information. The system itself involves not only computer hardware and software but also data and people – both MIS personnel and users.

Although MIS is usually associated with integrated networks of information that support management decision making, MIS can also be used for strategic planning, improved costumer service, and for communication per se. .. on decision making devotes attention to how computerized system, especially artificial intelligence and expert system, can support decision making, but for now it can be said that MIS can be used as part of the interpersonal and organizational communication system, for example, managers can get on the system to ask others for information about solving problems or can use sustem to monitor the literature on particular technological developments. (Fred Luthan.1995. Organizational Behaviour:420)






KULIAH 7

Fred Luthans, 1995. Organizational Behaviour, McGraw Hill Int. Edition. Hal. 420SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


PERTEMUAN 7
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

§ Value chain model
Model ini memfokuskan pada kegiatan utama atau pendukung yang menambah margin nilai bagi produk atau jasa perusahaan (organisasi), dimana SI dapat diterapkan dengan baik dalam mencapai keunggulan kompetitif. Model ini memandang kegiatan-kegiatan sebagai suatu rangkaian atau rantai kegiatan untuk menambah nilai terhadap produk /jasa
§ Kegiatan utamanya (berhubungan dengan)
o Produksi
o Distribusi
o Produk/jasa
o Penyimpanan material Peningkatan nilai bagi pelanggan
o Penjualan
o Pemasaran
o Pelayanan
§ Kegiatan pendukung
o Infra struktur organisasi
o Sumber daya manusia
o Teknologi
o Pembelian
§ Dalam model ini keuntungan kompetitif dicapai jika :
o Memberi nilai lebih pada pelanggan
o Memberi nilai yang sama dengan harga lebih rendah
§ Konsep value chain menurut Michael Porter
Dalam hubungan ini terdapat beberapa bentuk keterkaitan perusahaan/organisasi dalam kaitannya dengan pihak lain yaitu sebagaimana terlihat dalam gambaaar berikut:
1. keterkaitan perusahaan dengan pemasok


PEMASOKNYA PEMASOK

PEMASOK

PERUSAHAAN



2. keterkaitan dengan pelanggan


PERUSAHAAN

PELANGGAN

PELANGGANNYA PELANGGAN



3. keterkaitan proses dengan value chain perusahaan. Nilai-nilai individual dalam suatu perusahaan bersifat interdependen







§ dampak bagi manajer dan organisasi
manajer organisasi harus mengidentifikasi peluang teknologi informasi yang mungkin diterapkan dengan mempertimbangkan :
1. kekuatan dalam industri (lembaga, organisasi) yang dimiliki
2. strategi yang diterapkan market leader
3. organisasi apa yang sudah menerapkan dan bagaimana kecocokannya
4. arah perubahan industri dan momentumnya
5. kelayakan menerapkan teknologi informasi serta kecocokannya
6. rencana strategi bisnis saat ini dan kesejalanannya dengan pelayanan informasi
7. bagian-bagian yang dapat memberi nilai terbanyak bagi perusahaan.
v Organisasi dan Sistim Informasi
o Tinjauan terhadap organisasi
o Dari sudut struktur (hirarki jabatan)
o Dari sudut prilaku (interaksi individu dengan organisasi)
v Sistem informasi lebih bersentuhan dengan organisasi ditinjau dari sudut prilaku.
o Gibson mendefinisikan prilaku organisasi sebagai :
o Cara berfikir, prilaku yang berada pada individu, kelompok dan tingkat organisasi.
o Prilaku adalah multi disiplin yang menggunakan prinsip, model, teori dan metode –metode disiplin lain, prilaku organisasi adalah bidang yang berkembang dalam kedudukan dan pengaruhnya
o Adanya orientasi kemanusiaan
o Adanya orientasi kerja, menyangkut sikap dalam bekerja, dan bagaimana cara meningkatkan kerja
o Lingkungan eksternal berdampak signifikan terhadap prilaku organisasi
o Prilaku sangat tergantung pada disiplin. Perlu metode ilmiah dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruh
v Faktor-faktor yang berpengaruh pada prilaku organisasi antara lain
o Proses organisasi
o Struktur organisasi
o Desain pekerjaan
o Gaya kepemimpinan
o Komunikasi
o Pesaing
o Lingkungan ekstern/kultural
o Pemerintah
v Hubungan sistem informasi dengan organisasi
o Tidak bersifat kontradiktif (saling melengkapi)
o Dapat mengubah cara hidup suatu organisasi
o Dapat mengubah keseimbangan hak, privilij, dan kewajiban pertanggungjawaban dan perasaan yang telah terbina sekian lama dalam organisasi.
Oleh karena itu manajer harus memahami organisasi termasuk karakteristik struktur dalam organisasi yang berkaitan dengan :
o Pembagian tugas yang jelas
o Hirarki
o Aturan dan prosedur yang jelas
o Pertimbangan-pertimbangan yang tak terpisah-pisah (terpadu)
o Kualifikasi posisi teknis
o Efisiensi organisasi yang maksimum

Information is increasingly recognized as not only a significant element in the planning-controlling process but also as a major organizational resources.. if the decision maker defines a problem as a gap between the actual state and a desired state, information is utilized both to identify and to describe the gap. Information will also be utilized in evaluating alternative methods of bridging the gap. (Louis E. Boone, David L. Kurtz, Principle of Management. P. 452)

A management Information System or MIS, collects, organize, and distribute data in such a way that it meets the information needs of managers. A good MIS provides information useful to managers in fulfilling their planning, organizing, leading, and controlling responsibilities. It does this through reports that get the right persons on a timely ang cost-efficient basis…….. Any MIS operates as a systematic and interrelated set of procedures for gathering data and processing them into information for managerial attention. ……….The purpose of any MIS is to facilitate the accomplishment of organizational objectives through improved problem solving and decision making….. management at all levels are directly affected by any information sysrem. In many ways this group is the focus of the MIS.












John R. Schermerhorn. 1984: 491-500


PERTEMUAN 8
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


v Database
Database (pangkalan data/basis data) merupakan serangkaian file data yang tersusun dan saling berkaitan secara logis yang disediakan/dipelihara untuk kepentingan SIM. Menurut George M Scott Database adalah sistem file komputer yang menggunakan cara pengorganisasian file tertentu Pengelolaan/penataan guna memudahkan penggunaan pangkalan data disebut manajemen database. Dengan demikian suatu database merupakan kumpulan file yang dapat dipergunakan dalam suatu Sistem Informasi guna menunjang/membantu aktivitas suatu organisasi. Database adalah pusat dimana berbagai data yang diperlukan dapat diakses untuk dapat diolah menjadi suatu informasi. Di dalamnya tersusun urutan-urutan data dari elemen data paling rendah sampai ke yang tertinggi. Secara tradisional hirarki data terdiri dari: (1) elemen data, (2) catatan, dan (3) File. Elemen-elemen data kemudian dicatat dan kumpulan catatan pada tahap berikutnya dibentuk menjadi suatu file. Dalam suatu sistem yang menggunakan komputer pengorganisasian data terdiri dari bit, byte, fields, records, files dan Database . Bit adalah adalah unit terkecil data yang ditangani komputer, sekelompok bit disebut byte yang mewakili suatau karakter tunggal dapat berbentuk huruf, angka atau simbol lain, sekelompok karakter yang dimasukan pada suatu kata yang lengkap (seperti nama) disebut field, dan sekelompok field yang berhubungan (seperti nama tempat tanggal lahir, alamat) disebut record, sekelompok rekord yang sama jenisnya disebut file
v Goal dan Objective dari sebuah database
Pada dasarnya SIM tidak dapat berjalan tanpa adanya suatu Database, karena dengan Database ini maka pengolahan data menjadi informasi dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien, dengan demikian Database bertujuan untuk :
1. Memudahkan pengaksesan data untuk diolah menjadi informasi
2. Menghindari data redundancy
3. Mempercepat pembaruan masing-masing record secara serempak
4. Memperbaiki manajemen dan mempertinggi efektivitas kinerja organisasi


v Model pengorganisasian File/Data
1. Model hirarki. Merupakan model pangkalan data yang mengorganisasikan data/file dalam suatu strruktur yang berbentuk pohon. Satu rekord dibagi dalam segmen-segmen dalam suatu hubungan parent - child. Dalam tiap rekord unsur data ditata dalam penggalan-penggalan rekord. Setiap rekord akan nampak mempunyai suatu segmen puncak yang disebut Root . untuk lebih jelas dapat dilihat dalam gambar berikut :


INDUK

PEGAWAI ROOT
KOMPENSASI
TUNJANGAN

TINGKAT
PRESTASI
TUGAS-TUGAS
ANAK PERTAMA
ANAK KEDUA









(Diadaptasi dari Kenneth C. & Jane P. Loudon : 1996 :279)
2. Model Jaringan (Network). Model ini menggambarkan data secara logis dalam beberapa hubungan, dalam hal ini parent dapat mempunyai beberapa anak dan anak dapat mempunyai beberapa parent (lebih dari satu), untuk jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut :

MATA KULIAH 1
MATA KULIAH 3
MHS 1
MHS 2
MHS 3
MHS 4
MHS 5












(Diadaptasi dari Kenneth C. & Jane P. Loudon : 1996 :280)

3. model relational (hubungan).model yang menunjukan bahwa semua data dalam pangkalan data nampak seperti tabel dua dimensi namun informasi di dalamnya lebih dari satu file yang dapat dikombinasikan, bila digambarkan sbb

Nomor
esanan
Tanggal Pesanan
Tanggal Pengiriman
Nomor Barang
Jumlah Barang
Total Pesanan
256
25022002
28022002
12
2
1.000
257
15032002
18032002
14
4
10.000
258
20032002
25032002
16
5
25.000

No. barang
Nama barang
Harga per unit
No.pemasok
12
Komputer A
500
351
14
Komputer B
2.500
352
16
Komputer C
5.000
353

No.pemasok
Nama pemasok
Alamat pemasok
351
PT Aqua
Jln. Wahyu 3 Kng
352
CV Tirta
Jln. A. Yani Kng
353
Kop. Sejahtera
Jln. Cigugur 21 Kng

(Diadaptasi dari Kenneth C. & Jane P. Loudon : 1996 :279)

The very process of identifying problems, seeing new possibilities and changing the routines by which we adapt or cope will require rethinking and redesign. And therein lies a problem because we are now talking about changing our mental models, our personal habits of perceiving, thinking and acting, and our relationships with others that are thoroughly embedded. We are talking about having to unlearn some things before new things can be learned. And this level of change involves two kinds of anxiety (Edgar H. Schein May 19, 1994 )PERTEMUAN 9
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


v Konsep dasar sistem
Sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Menurut Gordon Davis sistem bisa bersifat abstrak maupun fisik. Sistem abstrak adalah suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi yang saling tergantung, sedsangkan sistem fisik adalah sistem yang dapat diamati dan bersifat konkrit. Model umum sebuah sistem adalah masukan, pengolah, dan keluaran baik yang sifatnya tunggal maupun jamak. Disamping itu sistem dapat juga bersifat tertutup (sistem tertutup) dan bersifat terbuka (sistem terbuka). Sistem tertutup adalah sistem yanga dalam proses kegiatannya tidak berhubungan dengan sistem-sistem diluarnya, sedangakan sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dengan sistem-sistem lain dalam melakukan proses kegiatannya dalam bentuk impor input dari sistem diluarnya dan mengekspor output ke luar sistem.




SISTEM

OUTPUT
KELUARAN

INPUT
MASUKAN


(Model Sistem sederhana)



SISTEM
INPUT
OUTPUT
INPUT
OUTPUT
OUTPUT
INPUT


(Model sistem dengan banyak input dan output)


dilihat dari sudut kepastiannya sistem dapat dikelompokan ke dalam sistem diterministik dan sistem probabilistik. Sistem diterminisstik adalah sistem yang beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan. Interaksi diantara sub-sub sistem dapat diketahui dengan pasti, sebagai contoh adalah program komputer yang dapat beroperasi dengan tepat sesuai dengan rangkaian instuksinya. Sistem Probabilistik adalah sistem dimana dalam beroperasinya meampunyai kemungkinan-kemungkinan hasil, dan terkadang mengandung unsur kemungkinan kesalahan
v Factoring Sistem
Konsep sebuah sistem menuntut manusia untuk melihatnya sebagai suatu keseluruhan, namun karena keseluruhan itu terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi, maka dalam menganalisanya kadang diperlukan langkah pengunsuran (factoring) yaitu suatu upaya memerinci sistem menjadi sub-sub sistem, sehingga unsur-unsur dan interface-nya dapat dianalisa dengan cermat, apalagi bila suatu sub sistem terdiri dari sub-sub sistem yang lebih kecil lagi, bila digambarkan nampak sebagai berikut :
SISTEM



B1
B2
B3
A21
A22
C1
C2
SUB SISTEM A
SUB SISTEM B
SUB SISTEM C
A1
A2
C11
C12







v Karakteristik sistem
Suatu sistem berbeda dengan sistem lainnya atas dasar karakteristiknya yang berbeda-beda. Adapun karakteristik sistem yang dapat membedakan (yang menyebabkan suatu perbedaan) suatu sistem dari sistem lainnya adalah :
§ Boundary . adalah batasan yang menggambarkan sesuatu yang berada dalam suatu sistem dan sesuatu yang berada diluarnya/lingkungan eksternal suatu sistem
§ Environment. Segala sesuatu yang berada di luar sistem yang dapat berpengaruh pada asumsi, kendala, dan input suatu sistem.
§ Input. Sumberdaya dari lingkungan yang dipergunakan dan dimanipulasi oleh sistem
§ Output. Sumberdaya yang disediakan oleh sistem untuk lingkungan suatu sistem.
§ Component. Unsur-unsur sistem (proses/sub-sub sistem) yang mentransformasikan input menjadi output
§ Interface. Tempat atau situasi dimana sub-sub sistem atau sistem dan lingkungannya berinteraksi
§ Storage. Tempat yang dipergunakan suatu sistem untuk menyimpan materi, energi dan informasi baik sementara maupun permanen/tetap.
v Pengembangan sistem
Sustu sistem yang akan diterapkan dalam suatu organisasi biasanya akan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
o Analisis sistem
o Perancangan/desain sistem
o Implementasi sistem
o Manajemen sistem
o Evaluasi sistem

In this talk I would like to explore the relationship of culture to learning. We all seem to agree that one of the key characteristics of the 21st century organization will be the ability to learn. Many of us even believe that the ability to learn will be the major competitive advantage that some organizations will have over others. We are therefore caught up in a frenzy of trying to figure out not only what organizational learning is but how to do it and how to do it faster than the competition.
In that frenzy I find more optimism than realism. Learning and the change that inevitably accompanies it is a complex process, often less successful than we would like it to be, a source of joy when it works, but a source of pain and tension when it does not. The result of shared learning in a group is what we come to call the culture of the group, so if further learning is needed, we face the difficult problem of unlearning, of giving up something that we have come to value because it made us successful in the past. Much of the explanation of why learning to learn is so difficult therefore has to do with culture, so it is incumbent upon us to understand more about the interaction of culture and learning, and to identify, if possible, what the elements of a culture might be that would truly facilitate learning to learn
(Edgar H. Schein May 19, 1994 )
PERTEMUAN 10
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


v Analisis sistem
Dalam menerapkan sistem informasi terlebih dahulu perlu dilakukan analisis sistem, hal ini dimaksudkan agar sistem benar-benar aplikabel dalam suatu kerangka organisasi tertentu. Analisis sistem merupakan suatu upaya untuk mencari secara spesifik hal-hal yang dibutuhkan dalam suatu sistem baik oleh pemakai sistem maupun ruang lingkup pekearjaan sistem. Dalam melakukan analisis sistem seorang analis sistem harus melakukan penelitian secara umum sebelum melakukan analisis secara terinci.
v Rasional analisis sistem
Terdapat beberapa pertimbangan kenapa diperlukan analisis sistem dalam suatu organisasi pertimbangan tersebut antara lain :
1. Problem solving. Sistem yang ada/sedang berjalan tidak dapat berfungsi dengan baik (tidak efektif dan efisien) sehingga perlu diperbaiki
2. New regulation. Adanya aturan baru baik dalam masalah keuangan maupun Sumberdaya lainnya akan menuntut suatu perubahan tertentu dalam mekanisme organisasi termasuk dalam sistem informasi
3. New policy. Kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pimpinan puncak akan berakibat pada perlunya upaya-upaya penyesuaian dalam pengelolaan sistim informasi, sehingga sistem yang ada perlu dikaji dan dianalisis kembali
4. New technology. Penggunaan teknologi baru akan berimplikasi pada perubahan dalam penataan dan pengelolaan serta mekanisme organisasi, sehingga diperlukan penyesuaian sesuai dengan tuntutan penggunaan teknologi baru tersebut, untuk itu penerapannya memerlukan anaisis sistem yang cermat.
5. System improvement. Terkadang akibat perubahan lingkungan eksternal yang sangat cepat berakibat pada kesulitan sistem internal beradaptasi, untuk itu perlu dilakukakan upaya perbaikan sistem, yang sebelumnya sudah tentu diperlukan analisis atas sistem yang ada/sistem yang sedang berjalan
v Menentukan luas analisis sistem
Analisis sistem merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan (sebagai pedoman umum)
1. apa yang harus dicakup dalam suatu sistem (termasuk sistem yang baru) secara umum
2. informasi apa yang diperlukan
3. siapa yang memerlukan informasi, dimana dan dalam bentuk apa
4. dari mana dan dalam bentuk apa informasi yang dikumpulkan
5. bagaimana data/informasi tersebut dikumpulkan
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dapat membantu dalam menentukan luas analisis sistem, disamping sudah tentu ketersediaan dana dalam pelaksanaan analisis sistem tersebut.
Dalam upaya tersebut diperlukan langkah-langkah pengumpulan fakta dengan kerangka kerja melalui kegiatan :
1. analisis tingkat keputusan. Mencari informasi pada tingkatan pimpinan yang berperan sbagai decision maker
2. analisis arus informasi. Mencari informasi guna mengidentifikasi informasi apa yang dibutuhkan, oleh siapa, dan darimana informasi itu diperoleh serta perangkat keras apa yang dipergunakan
3. analisis Input-Output. Mengidentifikasi input-output dari suatu bagian serta organisasi secara keseluruhan
dalam upaya tersebut proses identifikasi dapat dilakukan melalui kegiatan wawancara. 2. observasi. 3. penggunaan angket/studi dokumentasi
SIX C’S OF CAPABILITY
Also at this stage I invented my own definition of capability because it was fun and because it was easy to memorise. It was taken up, slightly adapted, by the RSA. Capability can be analysed into five or six capacities that an educated human being ought to be able to develop. In the hope of showing that I was reasonably respectable as far as the academic world was concerned, I first wanted to get across the idea that a capable person must understand and acquire the necessary knowledge as the basis for sensible action: COMPREHENSION. But I hurriedly went on to say that that is not enough. You may be able to swallow the Encyclopaedia Britannica but you can still be pretty much of a fool at the end of it. Indeed I have to say that in my long career I have met people with double firsts and the highest post-doctoral qualifications who are quite incapable of purposive and sensible action, because COMPREHENSION is the main attribute that examinations are designed to assess.
Next, the educated individual should have a proper sense of values, otherwise he or she has no background against which to decide between truth and error, between goodness and wickedness or between beauty and ugliness and I called that CULTIVATION, which is a useful word in that it implies both a method of achieving these virtues and an end-product, so that I would ask the higher education system to produce cultivated people. Those two — COMPREHENSION and CULTIVATION — I am willing to concede have always been a part of the armoury of traditional higher education but I can think of at least four other human qualities which were of equal importance but much more difficult to produce through the educational process.
Next, COMPETENCE, by which I meant the application of specialised knowledge such as that of the lawyer, the doctor or the technician. Not only do they have to know everything about the theory of their craft but they also have to practise it and apply it in a wide range of difficult circumstances. And again it is possible to educate somebody in such a way that he or she can reproduce the relevant textbooks but never competently apply them. The same goes for lawyers and even, I am afraid, teachers.
Then comes the development of a very remarkable human capacity, CREATIVITY, which is the quality though which most of the great things in the world have been introduced. I have a simple faith that every human being who is born brings something potentially new and important into the world. We vary enormously in our capacity for CREATIVITY but we all have it in some degree. One of the tasks of education is to find some way of giving release to this capacity, through the arts or in other ways. One might achieve all four outcomes or virtues that I would like to see education empower people with — COMPREHENSION, CULTIVATION, COMPETENCE and CREATIVITY — and still be a very isolated and selfish individual. One necessary part of this whole process, therefore, must be to help people to understand that they are not islands, as John Donne put it, but that they are connected to all their fellows: COOPERATION. Finally, there seems to me still to be a vital attribute whose development ranks too low among the educator’s major aims. I am thinking of a person’s general capacity to manage his own life, to cope with his environment, to profit from experience, to master what used to be called the art of living, to reach sensible decisions and act on them. To call this quality ‘gumption’ or ‘nouns’ is to incur the charge of vulgarity; to call it ‘wisdom’ verges on the high-faluting; to call it ‘lifemanship’ lacks seriousness. I settle for COPING.
I was sometimes urged to add yet another ‘C’, confidence. However, I do not see confidence as a target or a goal at which the educator aims. I see it as the outcome of the kind of education that I have tried to describe. I can think of no way of producing confidence, other than by developing the six Cs.
CAPABILITY VOLUME 1(1) 1994
PERTEMUAN 11
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


v Desain sistem
Desain (design) merupakan upaya untuk menggambarkan, merencanakan, pembuatan sketsa atau penyusunan elemen-elemen menjadi sutu kesatuan yang utuh. Desain sistem berarti memadukan sistem sebagai suatu keseluruhan. Dalam melakukan desain sistem, analis sistem harus sudah mengetahui paling tidak tiga hal yaitu :
1. keluaran/output
2. masukan/input
3. file-file yang dibutuhkan
dalam tahap permulaan langkah penentuan desain konseptual (sering dipadankan dengan feasibility design/gross design/high level design) sangat penting, mengingat hal ini akan sangat berpengaruh pada arah dan kejelasan sistem informasi manajemen yang akan digunakan. Adapun input untuk desain konseptual adalah :
1. rumusan singkat mengenai kebutuhan informasi manajemen
2. seperangkat sasaran manajemen untuk SIM
adapun tugas-tugas pokok dalam melaksanakan desain konseptual menurut Murdick et.al adalah :
ü mendefinisikan masalah secara terinci
ü menyaring sasaran manajemen untuk menetapkan sasaran sistem
ü menetapkan kedala sistem
ü menentukan kebutuhan dan sumber informasi
ü mengembangkan desain-desain alternatif dan memilih salah satunya
ü mendokumentasikan desain sistem konseptual
Mendefinisikan masalah bermakna bahwa sebelum melakukan pendesaian sistem maka analisis sistem perlu menalami masalah-maslah yang dihadapi oleh suatu sistem yang sudah ada atau oleh bidang kerja organisasi yang akan disusun rancangan sistemnya. Hal ini dimaksudkan agar nantinya sistem yang diterapkan dapat dengan tepat menjawab/memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi/atau masalah yang mungkin dihadapi.
Setelah dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada, maka dapat diketahui sasaran manajemen yang ingin dicapai, dan apabila sasaran tersebut cukup bervariasi dan beragam, maka analis sistem harus berupaya menyaring sasaran utama yang dapat mencakup/memenuhi sasaran lainnya, hal ini tidak sederhana sehingga perlu pengkajian dan diskusi dengan para akhli serta pihak intern organisasi, agar penyaringan sasaran tepat
Menetapkan kendala sistem dimaksudkan agar bila sistem telah diterapkan kendala-kendala tersebut dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan, atau apabila dikenakan pada sistem yang ada, diharapkan agar sistem baru yang diterapkan dapat terhindar dari kendala-kendala tersebut. Kendala dapat terjadi dalam unsur hardware maupun software atau bahkan keduanya, disamping kendala SDM.
Langkah berikutnya adalah menentukan informasi apa yang dibutuhkan, ini tergantung kepada siapa yang membutuhkan, top manajemen berbeda kebutuhan informasinya dengan middle manajemen ataupun karyawan operasional baik dalam keluasannya maupun lingkupnya. Sesudah itu tentukan dari mana informasi itu dapat/harus diperoleh apakah murni dari pihak intern organisasi atau harus melibatkan unsur di luar organisasi.
Apabila langkah-langkah tersebut sudah dilakukan maka perlu dirumuskan/dikembangkan desain sistem yang mungkin diterapkan, oleh karena itu perlu dikemukakan alternatif-alternatif sistem agar memungkinkan dilakukan pemilihan sistem yang paling aplikabel. Langkah ini penting dan akan sangat bermanfaat guna mempelajari kelibihan dan kekurangan masing-masing desain sistem, sesudah iru kalau mungkin memadukannya untuk meminimalisir/menghilangkan kekurangan-kekurangannya.

EDUCATION FOR ACTION

Meanwhile, in order to clarify my mind on this I read any books I could find that I thought might have some real influence on my thinking. One of them was The Aims of Education by the great organic philosopher, A.N. Whitehead. He emphasized that the acquisition of knowledge was not the ultimate criterion of an educated person. Whitehead made it clear to me that a properly educated person should develop the capacity to cope with his life satisfactorily and that knowledge was not an end in itself but the means to purposive and rational action. This belief, or prejudice as you may think, was greatly reinforced when I read a remarkable book by Professor John Macmurray called The Self as Agent, where he articulated, with all the skill of a trained philosopher, the relationship between knowledge and action. He made it even clearer to me that knowledge was for the use and benefit of mankind (as Bacon put it), and that rational action inevitably included knowledge, but that knowledge alone got you nowhere until you learned how to apply it.
This belief was confirmed when I happened upon a statement by William Temple, a former headmaster of Rugby, that the most disastrous moment in the history of Europe was when Rene Descartes remained for a whole day shut up alone in a stove and invented the aphorism ‘Cogito, ergo sum’. Temple’s judgment has been subsequently endorsed by many eminent philosophers, including Karl Popper and Anthony Kenny. It was Temple, too, who wrote that:
‘the aim of education is to develop everything about a man that distinguishes him from an animal or a machine, the discipline of intelligence, the quickening of imagination and the widening of sympathy.’.
These were the ideas which became firmly lodged in my mind, although there was not a great deal I could do about it during the next six years when I was in charge of the Schools Branch. It was part of the wisdom of the time that the Ministry were not allowed, did not want, and could not even conceivably be thought to want, to have anything to do with the curriculum. Indeed, whenever I attended an overseas conference for the Ministry, I used to boast that, unlike any of our benighted neighbors in Europe, the Ministry had nothing to do with the curriculum which was entirely under the direction of the headmaster and staff of his school with some loose superintendence from the governors of the school (CAPABILITY VOLUME 1(1) 1994)


PERTEMUAN 12
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


v Implementasi sistem
Desain sistem yang sudah dipilih baik itu untuk mengisi sistem baru maupun mengganti sistem yang lama dalam penerapannya perlu dilakukan secara hati-hati, hal ini berkaitan dengan kemungkinan terjasinya kendala yang sipatnya praktis yang belum terpikirkan dalam model desain yang dipilih
Terdapat beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam implementasi sistem antara lain :
Ø Tahapan uji coba
Ø Tahapan evaluasi
Ø Tahapan perbaikan/revisi
Ø Tahapan penerapan sistem
Tahapan uji coba merupakan tahapan penerapan sistem dengan suatu pengawasan yang cermat pada tiap-tiap sub sistem, tahapan ini pada dasarnya merupakan implementasi sistem yang sebenarnya dalam kondisi yang sebenarnya juga, sehingga apa yang terjadi pada tahapan ini itulah yang akan terjadi dalam penerapan sistem selanjutnya. Seorang analis sistem dalam tahapan ini paling tidak melakukan dua hal penting yaitu
Ø Mencatat masalah/kejadian penting yang merupakan suatu penyimpangan dari yang seharusnya
Ø Melakukan langkah koreksi/perbaikan darurat agar uji coba dapat terlaksana sampai selesai sesuai yang direncanakan
Ø Menghentikan uji coba apabila terjadi penyimpangan yang sangat fatal apalagi jika membahayakan
Apabila desain sistem yang dibuat dimaksudkan untuk mengganti sistem yang sudah ada maka uji coba perlu dilakukan secara bersama-sama, cara ini akan sangat bermanfaat karena dapat sekaligus membuat suatu perbandingan antara sistem yang akan menjadi pengganti dengan sistem yang akan digantikannya, meskipun desain sistem baru mengacu pada upaya peningkatan kinerja sistem yang sudah ada sehingga secara umum sudah diketahui masalah-masalah yang dihadapinya sebagai hasil analisis sistem sebelum desain sistem baru dibuat.
Tahapan evaluasi merupakan tahapan yang bisa dilakukan selama uji coba berlangsung atau sesudah uji coba selesai, namun evaluasi secara menyeluruh biasanya dilakukan sesudah uji coba tuntas. Apabila hasil evaluasi menunjukan masih banyak masalah maka langkah revisi harus dilakukan baik itu revisi partial maupun revisi total, dengan acuan utamanya efektivitas dan efisiensi sistem, sesudah tahapan-tahapan tersebut selesai barulah sistem tersebut dilaksanakan sepenuhnya.

Gambar 12.1 bagan langkah implementasi sistem

DESAIN SISTEM

UJI COBA SISTEM


1. pencatatan
masalah

2..perbaikan
langsung







EVALUASI SISTEM
OK

TIDAK

REVISI SISTEM

PENERAPAN SISTEM




v Metode penerapan sistem
Menurut Murdick and Ross setelah disain sistem selesai dibuat, dalam penerapanya terdapat empat metode yang bisa digunakan yaitu :
1. terapkan pada suatu organisasi yang baru dibentuk
2. ganti sistem lama dengan sistem baru
3. gantikan operasi sistim lama dengan yang baru secara bertahap pada sub-sub sistemnya
4. terapkan sistem lama dengan yang baru secara paralel sambil dilakukan pengalihan secara bertahap
sementara itu menurut McLeod proses penggantian sistem lama dengan sistem baru (cutover) dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1. Pilot (percontohan). Penerapan secara penuh sistem baru pada suatu cabang organisasi
2. immediate (serentak). Penerapan sistem baru secara penuh dan serentak pada organisasi
3. phased (bertahap). Penerapan sistem baru diterapkan bagian per bagian dalam suatu organisasi
4. Parallel (berbarengan). Sistem lama dijalankan secara bersama-sama dengan sistem baru sampai sistem baru diperiksa secara menyeluruh serta siap menggantikan sistem lama secara penuh.
v Tugas-tugas penerapan sistem (Murdick and Ross)
ü Merencanakan kegiatan penerapan
ü Mencari tempat dan membuat layout untuk peralatan
ü Menyususn organisasi personalia untuk penerapan
ü Menyiapkan prosedur-prosedur untuk pemasangan atau instalasi
ü Menyiapkan program latihan pegawai yang akan menjalankan tugas
ü Menyiapkan perangkat lunak dan perangkat keras yang diperlukan
ü Menyusun file-file serta membuat formulir-formulir yang diperlukan
ü Uji coba keseluruhan sistem serta menyelesaikan peralihan sistem lama ke baru
ü Mendokumentasikan sistem
ü Mengevaluasi sistem
ü Menyediakan pemeliharaan sistem.


Empowerment, also referred to as shared decision-making, is essential to school reform and to the changing demands in a global world. The principal is the building leader who structures the climate to empower both teachers and students at the site. Empowerment translates in to teacher leadership and exemplifies a paradigm shift with the decisions made by those working most closely with students rather than those at the top of the pyramid. It is natural that the principal should be the leader in implementing and supporting empowerment and teacher leadership.
Paul M. Terry, National FORUM Journals

PERTEMUAN 13
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

v Manajemen sistem
Dalam suatu organisasi, tanggungjawab manajemen sesudah implementasi sistem berjalan dalam operasional keseharian adalah mengelola sistem untuk mencapai produktivitas optimal. Kegiatan manajemen yang penting dalam kaitan ini adalah
o Monitoring pelaksanaan sistem
o Memelihara sistem agar tetap berjalan sesuai tujuan
Monitoring merupakan aktivitas pemantauan yang dilakukan secara kontinyu, langkah ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana suatu sistem (terutama sistem yang baru) berjalan, sehingga apabila terjadi penyimpangan dapat dilakukan koreksi secara langsung. Penyimpangan yang terjadi mungkin bukan pada suatu sistem secara keseluruhan (bila desainnya sudah baik) tapi pada tataran operasional baik karena kelemahan Sumber Daya Manusia, maupun pada perangkat sistem lainnya baik unsur hardware maupun software
Disampaing upaya memonitor sistem, upaya memelihara sistem agar sesuai dengan tujuan penggunaannya juga merupakan aspek penting lainnya dalam mengelola sebuah sistem. Langkah pemeliharaan menuntut adanya akhli yang menguasai bagaimana beroperasinya sebuah sistem, hal ini dimaksudkan agar pemeliharaan benar-benar fokus pada sistem secara keseluruhan, meskipun penganalisisannya bisa dilakukan dengan metode factoring sistem.
Apabila dalam suatu organisasi tidak terdapat ahli sistem/analis sistem, maka sebaiknya dilakukan audit sistem secara periodik dengan interval waktu sesuai pertimbangan kebutuhan dan dana yang tersedia, karena memanfaatkan tenaga akhli biasanya memerlukan dana cukup besar. Adapun tipe-tipe audit antara lain :
1. Post-implementation Audit. Yaitu audit yang dilakukan sesudah sistem dilaksanakan sepenuhnya, dengan tujuan untuk mengidentifikasi apakah yang terjadi sesungguhnya sesuai dengan apa yang diperkirakan/diproyeksikan dalam tahap pengembangan /perancangan, oleh karena itu analis sistem yang terlibat dalam desain dan implementasi sistem tidak melakukan audit ini, melainkan sebaiknya menggunakan jasa konsultan lain agar hasilnya bisa obyektif
2. Routine-operation Audit. Yaitu audit yang dilakukan oleh pengawas yang sudah ditunjuk oleh sistem itu sendiri. Dalam sistem yang tidak terlalu besar, audit ini biasanya dilakukan oleh analis atau programer pemelihara.
3. Financial Audit. Yaitu periksaan yang berkaitan dengan laporan keuangan organisasi, untuk kemudian memberikan opini tentang kewajaran dan kesesuaian dengan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang umum.
4. System Audit. Yaitu suatu pemeriksaan terhadap sistem secara keseluruhan, biasanya mencakup unsur-unsur :
a. Desain dan logika sistem
b. Logika pemrograman, sistem operasi dan komputer
c. Desain konfigurasi komputer
d. Operasi komputer
e. Sistem backup
f. Keamanan dan prosedur pengawasan
g. dokumentasi
secara umum prinsisp dasar dalam pemeriksaan sistem adalah unsur kelengkapan dan efektivitas pengawasan dalam pelaksaan sistem yang beroperasi dalam suatu organisasi.
Leadership is necessary to help organizations develop a vision of what they can be, then mobilize the organization change toward vision. The contexts of leadership involve commitment and credibility (Foster, 1986) and, it is suggested here, involve a radical change in thinking to achieve leadership effectiveness (Paul M. Terry, National FORUM Journals)



PERTEMUAN 14
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

v Evaluasi Sistem
Evaluasi sistem merupakan langkah penting bagi kontinuitas suatu organisasi, mengingat perubahan yang sangat cepat baik dalam dimensi internal maupun eksternal. Perubahan-perubahan yang terjadi perlu diadaptasi dengan tepat, dan untuk itu suatu sistem perlu dievaluasi dalam kaitan lingkungan organisasi yang lebih luas.
Menurut Phi Delta Kappa “Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives. Dengan mengacu pada pengertian evaluasi sebagaimana dikemukakan dimuka, dapat ditarik beberapa esensi dari evaluasi yaitu bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan guna memberikan penjelasan terhadap obyek yang dievaluasi, upaya menjelaskan dilakukan dengan pemerolehan data-data tentang obyek evaluasi dengan mengacu pada kriteria/indikator obyek yang telah ditentukan. Data-data yang diperoleh kemudian diolah sehingga dapat menjadi suatu informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan. Keputusan-keputusan dalam kenyataannya banyak sekali kemungkinan-kemungkinannya, oleh karena itu apa yang dilakukan oleh aktivitas evaluasi dapat membantu mempertajam pemilihan keputusan yang akan diambil.
Menurut Prof Abin Syamsuddin dalam tulisannya Penilaian Program Pendidikan mengemukakan bahwa seyogyanya penilaian program pendidikan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
i. Berorientasi pada tujuan
ii. Bersifat komprehensif
iii. Menggunakan berbagai pendekatan
iv. Serasi dan berkesinambungan
v. Berfungsi ganda (untuk berbagai keperluan)
vi. Berorientasi pada kriteria keberhasilan
dengan memperhatikan syarat-syarat tersebut nampak jelas bahwa evaluasi perlu dilakukan secara cermat agar dapat diperoleh suatu informasi yang tepat, akurat dan bermanfaat bagi suatu perbaikan pelaksanaan program/sistem atau penggantian sistem/program yang lebih memungkinkan guna mencapai tingkat efektivitas yang tinggi, hal ini juga berarti posisi evaluasi sangat penting dalam suatu sistem.
Dilihat dari tingkat kepentingannya evaluasi dapat dikelompokan ke dalam evaluasi imperatif yakni evaluasi yang dapat menyatakan pentingnya implementasi dan operasional sistem baru,dan evaluasi desireable yaitu evaluasi berkaitan dengan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam suatu sistem akan tetapi tidak mendesak.
Terdapat beberapa model dalam evaluasi sistem yaitu :

§ I-P-O (Input-Proses-Output)
§ I-P-O-I (Input-Proses-Output-Impact)
§ C-I-P-O-I (Context-Input-Proses-Output-Impact)
§ 3P (Program-Process-Product)

model-model tersebut pada dasarnya dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan evaluasi yang telah ditentukan, yang penting evaluasi yang dilakukan harus mengarah pada upaya perbaikan dalam kinerja organisasi dalam hal efektivitas dan efisiensi atau produktivitas organisasi, terlebih-lebih bagi suatu organisasi bisnis.

v Tujuan evaluasi

Pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk menilai bagaimana pelaksanaan suatu program baik itu dalam penerapan sistem baru maupun melihat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan sistem yang sudah berjalan. Dengan langkah ini pimpinan suatu organisasi akan dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Disamping itu dalam kaitannya denga delegasi wewenang evaluasi juga dapat digunakan untuk melihat bagaimana akuntabilitas para pegawai dalam mengimplementasikan suatu sistem atau program/kebijakan yang telah digariskan, disamping itu evaluasi juga dapat menjadi sarana untuk memonitor seluruh kegiatan organisasi dengan maksud untuk melakukan perbaikan yang diperlukan.

Adapun alasan-alasan melakukan evaluasi (program) dalam suatu organisasi menurut Emil J. Posavac dalam bukunya Program evaluation: Methods and case studies (1992) adalah :

1. fulfillment of accreditation requirement
2. accounting for fund
3. answering requests for information
4. choosing among possible program
5. assisting staff in program developement and improvement
6. learning about unintended effects of programs


What could I be doing to improve my performance?
Be reflective. Take time to ask these questions of yourself. Respond through journal entries, through mapping out a plan for change/action, including possible professional development and involvement in school activities, through evaluation of your teaching program and through examination of student's learning outcomes.
Be prepared to work collaboratively. Plan with other teachers. Establish situations where you can work in a team with colleagues, making the most of everyone's expertise. Watch other teachers and select effective teaching strategies to try. Seek feedback from colleagues on your own performance. Include parents in your planning. Include students in your planning.
Be actively involved in your own professional learning, in your students' learning, with parents/carers, in school activities and in the development of your school as an effective, quality provider of educational service.
Recognize the qualities of an effective learning environment and plan for communication and cooperation within your community of learners, collaboration and collegiality to seek improvement, an environment conducive to learning, shared common goals, and order and discipline to ensure an educationally productive environment that promotes safety and a positive outlook.
PERTEMUAN 15
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


v Teknologi Informasi
Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dengan maksud untuk mempermudah kehidupan manusia. Semua itu sangat terasa dewasa ini dimana banyak fasilitas-fasilitas yang dibuat manusia telah dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah yang pada masa lalu mungkin dianggap cukup sulit, meskipun perlu juga disadari bahwa teknologi bukan segala-galanya.
Diantara hasil karya manusia yang cukup dominan dewasa ini adalah berkembangnya mesin pintar yaitu komputer dengan kemampuan yang cukup mengagumkan serta perkembangan teknologinya yang sangat cepat baik dalam hardware-nya maupun software-nya. Semua ini jelas sangat berpengaruh juga dalam cara penataan informasi yang perkembangannya tidak lagi linier namun sangat akseleratif baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Keadaan ini jelas berpengaruh juga pada sistem informasi manajemen, sehingga dewasa ini sangat sulit untuk membicarakan SIM tanpa memperhatikan penggunaan komputer, meskipun pada dasarnya SIM itu bisa juga berjalan tanpa penggunaan Komputer.
v Manusia dan Komputer
Meskipun penggunaan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola informasi, namun manusia tetaplah merupakan faktor utama, komputer mampu mengelola/mengolah data dengan cepat dengan presisi tinggi, namun tetap saja pembuatan keputusan harus dilakukan oleh mannusia, karena komputer tidak dapat berpikir seperti manusia, oleh karena itu dalam dunia komputer dikenal istilah GIGO (garbage in garbage out) yang masuk sampah keluar juga sampah, dalam konteks ini peran manusia sebagai pengguna komputer menjadi sangat dominan, jika data yang dimasukan ke komputer salah maka outputnya juga salah dan kesalahan itu jelas terletak pada aktivitas manusianya bukan komputer (kecuali jika yang digunakan komputer rusak sehingga processing oleh komputer tidak normal, oleh karena itu jangan gunakan komputer yang tidak normal).
v Sistem komputer
Pada dasarnya komputer merupakan sebuah sistem, dan sebagai suatu sistem di dalamnya terdiri dari sub-sub sistem terintegrasi yang terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), dalam penggunaannya terdapat satu unsur penting lainnya yaitu sumberdaya manusia (brainware). Perangkat keras tidak dapat bekerja tanpa perangkat lunak, begitupun sebaliknya. Perangkat keras dan perangkat lunak keduanya bekerja karena dipandu oleh brainware. Oleh karena itu optimalisasi peran komputer sangat tergantung kepada interaksi ketiga perangkat tersebut . hubungan tersebut bila digambarkan nampak sebagai berikut :


Sistem Komputer





Hardware


Software


Brainwawe



System Software


Output Devices


Application Software


Programming language


Word Processor spreadsheet


Sistem Informasi


Paket aplikasi lainnya


Input Devices


I/O Devices








Bagan Sistem komputer dan Hubungan antar elmen komputer
q Perangkat keras Komputer
Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah mendorong perkembangan dalam perangkat keras komputer pun berkembang sangat pesat. Dalam perkembangan tersebut terlihat bahwa spesifikasi dan konfigurasi komputer berubah total. hal ini terlihat dari perubahan-perubahan baik dalam kecepatan maupun dalam kemampuan pengelohan data, berikut ini akan digambarkan perkembangan konfigurasi komputer mulai tahu 1979 sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :

Tabel perkembangan teknologi Komputer
Tahun
prosesor
Komputer
Clock Speed (MHz)
1979
8086/8088
IBM PC/XT
4 – 8
1982
80286
AT 286
8 – 28
1985
80386DX
AT 386
16 –33
1989
80486DX
AT 486
25 –66
1993
80586
PENTIUM
60 – 66
1995
80586
PENTIUM PRO
166 – 200
1997
80586
PENTIUM MMX
150 – 233
1997
80586
PENTIUM II
233 – 300
1999
80686
PENTIUM II
300 – 600
2000
80686
PENTIUM III
300 – 850
2001
80686
PENTIUM IV
1300 -

Secara umum hardware komputer terdiri atas CPU (central processing unit), peralatan pheripheral (peralatan input/output) dan peralatan penyimpanan. CPU mempunyai unit kontrol dan unit aritmetik lojik. Control Unit dan ALU mempunyai bagian yang dinamakan register yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara tahapan dari instruksi progra dan data yang akan dipindahkan dari memori utama/main memory ke dalam CPU sebelum proses dimulai, sedangkan peralatan penyimpanan terdiri dari main memory dan auxiliary storage. Main memory merupakan bagian terpisah dari CPU tetapi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan CPU. Main memory menyimpan program sistem operasi, program aplikasi dan data yang digunakan saat itu, bila digambarkan nampak sebagai berikut :

MAIN MEMORY
(RAM)




OUTPUT




INPUT

Unit Kontrol
Unit Aritmetik Lojik




CENTRAL PROCESSING UNIT (CPU)




DISK

DISK



o Unit Kontrol
Unit kontrol pada dasarnya berfungsi sebagai traffic controller dalam hal penentuan hal-hal yang harus dilakukan dan kapan dilakukannya. Cointohnya, perintah untuk membaca data dari auxiliary storage akan ditransfer ke memori utama untuk kemudian diproses di unit aritmetik-lojik, dan hasilnya dikirim kembali ke memori utama untuk kemudian dikirimkan ke peralatan output.
o Unit Aritmetik-lojik
Tugas yang diperankan oleh unit ini adalah :
1. melaksanakan proses aritmetik (perhitungan
2. melaksanakan operasi logika untuk penentuan nilai.
3. membantu mekanisme penentuan keputusan bagi unit kontrol
o Peralatan masukan dan keluara (Input/Output Devices)
Peralatan input merupakan alat untuk memasukan data dan program yang akan diproses, menerjemahkan kode agar dikenal oleh komputer, dan mengurimkan data/program berbentuk bit ke peralatan penyimpanan. Adapun peralatan input antara lain :
1. magnetic ink reader. Alat untuk mendeteksi tulisan tinta
2. optical character reader. Pendeteksi tulisan tangan atau cetak pada kertas dengan menggunakan sinar
3. bar code scanner. Untuk membaca kode produk universal (universal product code), umumnya dipergunakan di perpustakaan dan supermarket.
4. light pen. Alat untuk memodifikasi gambar atau data secara langsung pada layar monitor.
5. touch Screen. Sentuhan pada area tampilan visual untuk memilih menu.
6. voice recognition. Alat yang dapat mengenali suara dalam memasukan input pada komputer.
Sementara itu peralatan outpun antara lain :
1. Printer. Untuk mencetak file yang diinginkan.
2. Plotter . dipergunakan untuk gambar, peta, diagram, atau blue print yang bermutu tinggi.
o Peralatan Penyimpanan (Storage Devices)
1. Penyimpan utama/Primary storage/main memory. Terdiri atas ribuan sel memori atau lokasi penyimpanan. Setiap lokasi memiliki satu alamat untuk melakukan storage and retrieva. Jumlah lokasi storage biasanya dinyatakan dalam satuan Kilobyte (KB = 1024 Byte) atau megabyte (MB = 1024 KB)

2. secondary storage/penyimpanan sekunder. antara lain Terdiri dari Floppy disk (populernya disket), Hard disk, Magnetic type, optical disk.
PERTEMUAN 16
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


q Perangkat lunak (software)
Perangkat lunak merupakan sekumpulan perintah, program, prosedur, dan dokumentasi yang dapat dipahami oleh komputer guna mengatur sistem komputer dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Perangkat lunak dapat dibagi pada dua kelompok besar yaitu :
1. System software (perangkat lunak sistem).
2. Application software (perangkat lunak aplikasi)
System software mereupakan sekumpulan program-programyang melakukan fungsi-fungsi dasar sistem komputer seperti mengontrol dan mengkoordinasikan operasi berbagai tipe peralatan sistem komputer. Software ini dapat diklasifikasikan menjadi :
Ø Sistem operasi (operating system) yang berfungsi sebagai interface antara hardware dengan user.
Ø Utility program (program alat bantu)
Ø Program komunikasi
Adapun tugas-tugas sistem operasi antara lain adalah :
v Mengatur operasi input dan output
v Mengatur penempatan data/program pada memori
v Mengatur manajemen file.

Sofware sistem lainnya yang penting adalah program alat bantu yang berfungsi untuk memformat disket, meng-copy file atau manajemen direktori. Beberapa program bantu disertakan bersamaan dengan sistem operasinya, namun ada juga yang harus di-install tersendiri seperti Disk toolkits, data compression utility, backup utility program, virus protector. Beberapa contoh program bantu adalah :
v Symantec’s Norton Utility. Untuk memperbaiki data yang hilang atau rusak serta meningkatkan kecepatan dan kinerja hardware.
v McAffee Vurus Scan. Untuk menindungi sistem dari ancaman virus komputer
v Text Editor. Untuk memperbaiki teks dalam file yang bukan bagian dari dokumen pemroses kata
v Device Driver. Membantu program aplikasi mengenali berbagai piranti hardware
v Spooling program. Mengelola output ke printer serta membebaskan CPU dan RAM dari pekerjaan jika output telah tercetak ke printer.
Application software. Adalah perangkat lunak aplikasi yeng terdiri atas kelompok word processing, spreadsheet, manajemen database, dll. Beberapa contoh perangkat lunak Aplikasi
No
Jenis
Perangkat lunak aplikasi
1.
Word Processing
1. MS-Word (Microsoft)
2. WordStar for Window (WordStar International)
3. CA-Textor (Computer Association)
4. LotusWrite(Lotus Development Corporation)
5. Professional Write Plus (Software Publishing Corporation)
6. Easy Working for Window (Spinnake Software)
2.
Spreadsheet
1. Excel (Microsoft)
2. Lotus 1 2 3 for Window (Lotus Development Corporation)
3. Quatro Pro for Window (Borland International)
4. Improve for Window (Lotus Development Corporation)
3.
Database
1. FileMaker Pro (Claris Corporation)
2. AceFile (AceSoftware)
3. dBase for Window (Borland International)
4. FoxPro for Window (Microsoft)
5. SuperBase (Software Publishing Corporation)
4.
Analytical Graphic
1. Lotus 1 2 3 for Window (Lotus Development Corporation)
2. Excel (Microsoft)
3. MS-Word (Microsoft)
5.
Graphic Presentation
1. Aldus Persuation (Aldus Corporation
2. Harvard Graphics (Software Publishing Corporation)
3. Freelance (Lotus Development Corporation)
4. Power Point (Microsoft)
6.
Illustration Graphics
1. Delta Graph Pro (Delta Point)
2. Aldus Freehand (Aldus)
3. Harvard Draw (Software Publishing Corporation)
4. McDraw (Claris)
5. Adobe Illustrator (Adobe System)
7.
Photo Image Editor
1. Adobe Photoshop (Adobe System)
2. Photostyler (Aldus)
8.
Computer Aided Design
1. AutoCAD (Autodesk)
Perangkat keras untuk dapat berfungsi memerlukan sistem operasi dan proglam aplikasi secara bersamaan, adapun hubungan antara hardware, system software, dan sofware aplikasi dengan pengguna dapat dilihat dalam gambar berikut :
Application software
System software

HARDWARE
USER




Lima tugas manajemen yang saling berkaitan antara perencanaan strategis dan proses penerapan strategi, yaitu :
(1) Memutuskan apa jadinya nanti organisasi itu dan membentuk visi stratejik mengenai dimana organisasi sekarang harus dipimpin, yang sebenarnya menanamkan ke dalam organisasi sadar tujuan memberikan arah jangka panjang, dan memantapkan misi yang jelas dan harus dicapai. (2) menjadikan visi keyakinan dan misi dstratejik menjadi sasaran yang dapat diukur serta target-target kinerja. (3) Memahirkan strategi untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan. (4) Menerapkan dan melaksanakan strategi yang terpilih secara efisien dan efektif. (5) Mengevaluasi kinerja, meninjau kembali perkembangan baru, dan berprakarsa untuk penyesuaian perbaiakan dalam arah sasaran, strategi jangka panjang atau penerapan menururt tinjauan pengalaman aktual, kondisi yang berubah-ubah, gagasan baru dan peluang-peluang baru. (Prof.Dr. H. Ismaun, M.Pd. Guru Besar UPI)









DAFTAR PUSTAKA

Adler, Ronlad B. dan Jeanne Marquardt Elmhorst. Communicating at Work: Principles and Practices for Business ard Professions. 5th Ed. New York: McGrawHill, 1996.
Arwani, Agus, Informatika Komputer, Pekalongan: TT, 2007.
Berko, Roy, M., Andrew D. Walvin dan Darlyn R. Wolvin. Communicating A Social and Carrier Focus. 6th Ed. Boston: Houghton Mifflin Coy. 1995.
Burch, John dan Gary Grudnitski, Information System : Theory and Practice, fifth Edition, New York: John Wiley & Sons, 1989.
Burt Scanlan & J. Bernard Keys, Management and Organzaitional Behavior, Canada: John Wiley & Sons Inc, 1979.
CAPABILITY VOLUME 1(1) 1994.
Edgar H. Schein May, Management Information Systems, 1994.
Fred Luthans, Organizational Behaviour, McGraw Hill Int. Edition, 1995.
George Scott, Priciple of Management Information Systems, New York: McGraw-Hill Book Company, 1986.
Hani, T. Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2006.
Harold Koontz, Cyril O’ Donnell & Heinz Weihrich, Management, Tokyo: Mc Graw Hill Inc, 1980.
Himstreet, William C. Wayne Murlin Baty dan Carol M. Lehrnan. Business Communication. Belmont: Wadsworth Publishing Coy. 1993.
James O Brein, Management Information Systems, Edisi 9, Upper Saddler River NJ: Pearson Pretice Hall, 2004.
Kenneth C. & Jane P. Loudon, Management, 1996.
Kesali, Rhenald. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Grafitipers. 1994.
Lesly, Philip (ed.). Handbook of Public Relations and Communication. 4th Ed. Chicago: Probus Publishing Co. 1991.
Louis E. Boone, David L. Kurtz, Principle of Management, 1990.
Manullang, M. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1992.
Murphy, Herta A. dan Herbert W. Hildebrant.. Effective Business Communication. New York: McGraw-Hill Paul M. Terry, 1991.
National FORUM Journals
Ralph M Stair, Priciples of Information Systems: A Managerial Approach, Boston: Boyd & Fraser Publ. Co, 1992.
Raymon McLeod, Jr dan George Schell, Management Information Systems, Edisi 9, New Jersey: Pretice Hall, 2004.
Senn, James A, Information System in Management, Fourth Edition, Belmont, California: Wadsworth Publishing Co., 1990.
Siswanto, Bedjo. Manajemen Modern, Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Penerbit Sinar Baru. 1990.
Wing Wahyu Winarno, Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004.
Wing Wahyu Winarno, Teknologi Komputer dalam Bisnis, Yogyakarta: BP STIE YKPN, 2004.
Whitten, Jeffrey L., Lonnie D. Bentley, Victor M. Barlow, System Analysis & Design Methods, Second Edition, Homewood Il: Richard D. Irwin, 1989.